LAPORAN WAWANCARA
“PERJUANGAN HIDUP SEORANG GURU NGAJI”
A.
TUJUAN
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk
memperoleh informasi dan kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan narasumber.
B. NARASUMBER
Narasumber yang kami pilih adalah Seorang
guru ngaji dukuh kewangen, Karangsari yaitu Bapak Suyudi.
C.
WAKTU
Wawancara
dilaksanakan pada:
hari : Minggu
tanggal
: 29 Januari 2012
pukul : 11.30-13.00 WIB.
D.
TEMPAT
Wawancara
dengan Bapak Suyudi dilakukan di rumah sekaligus tempat mengajar ngaji beliau
di Dukuh Kewangen, Karangsari, Rt.04 Rw.02 Kebumen. Lokasi rumah beliau tidak
begitu strategis, akan tetapi cocok untuk wawancara karena daerahnya yang sepi
dan tidak mengganggu proses berjalannya wawancara
E.
PEWAWANCARA
Tim pewawancara
terdiri dari:
1. Fahri
achmadi (14) sebagai
Penanya, dan Editor
2. Maya Afifah (21) sebagai Pencatat Informasi
3. Naufal Banyu Argani (23)
sebagai Pengambil Gambar
4.
Vidyananda
Partiwi (31) sebagai Penanya
F. HASIL WAWANCARA
Identitas
Narasumber
Bapak Suyudi merupakan seorang guru ngaji yang cukup terkenal di Karangsari
karena sudah mengajar ngaji sejak tahun 1993. Beliau sekarang berumur 57 tahun
dan tepatnya lahir pada tahun 1995. Bapak dengan dua anak ini lahir di Desa
Prigi Kecamatan Pejagoan, Kebumen. Beliau menuturkan bahwa dahulu dari memiliki
anak yang pertama sampai yang kedua beliau tidak memiliki rumah sendiri maka
dari itu beliau hidup seperti burung secara berpindah-pindah. Awalnya beliau
tinggal Karangsambung ikut dengan neneknya, lalu di Karangpoh, dan di Jalan
Garuda no.18 Kebumen selama enam tahun ikut dengan mertuanya. Karena panggilan
masyarakat dan teman-temannya, maka beliau pindah ke Karangsari untuk mengajar
ngaji anak-anak. Karena memiliki sedikit uang, maka Ia membeli rumah
kecil-kecilan. Maka dari itu sekarang beliau sudah tinggal menetap. Karena
keterbatasan tempat untuk beribadah, maka latar depan rumah beliau menumpang
tetangganya, yaitu Mbah Suradi.
Bapak
Suyudi memiliki seorang istri yang sampai saat ini masih setia menemaninya.
Istri beliau, dulunya memiliki gangguan jiwa, tetapi sekarang sudah sembuh.
Dahulu, orang takut dengan istri beliau karena dapat kambuh secara mendadak.
Saya (Fahri) juga pernah merasakan dikejar-kejar oleh istri beliau yang pada
saat itu membawa sebuah pisau. Beliau mempunyai dua anak. Yang pertama
laki-laki dan sekarang ia belum bekerja. Ia biasa membantu Bapaknya mengajar
murid-murid mengaji. Yang kedua perempuan dan sekarang bekerja diapotik Pemuda. Beliau sekarang bekerja sebagai guru ngaji
sekaligus sebagai buruh panggilan (membenarkan pagar, atap, antena, dll). Kami
tidak menanyakan penghasilan beliau karena penghasilan beliau tidak sama setiap
harinya. Lagipula apabila ditanyakan, pastinya akan menyinggung perasaan
narasumber. Beliau mengajar ngaji dengan sukarela. Murid yang beliau ajar, akan
membayar biaya seikhlasnya. Apabila ada yang tidak membayar, beliau juga tidak
memaksa karena itu adalah kesanggupannya masing-masing.
Menjadi
Guru Ngaji
Bapak
Suyudi telah menjadi guru ngaji sejak lama. Beliau mengatakan bahwa beliau
menjadi guru ngaji secara tidak sengaja dan karena anugerah dari Allah. Awalnya
beliau tidak berniat untuk menjadi guru ngaji seperti itu, akan tetapi
masyarakat menghendakinya. Dahulu beliau mengajar mulai dari Karangsambung dan
Jalan Garuda, lalu merambat ke Kebagoran hingga akhirnya sampai ditempat itu.
Awalnya, tidak ada yang mengenal beliau, hanya satu keluarga yang mengaji
ditempat itu dan hanya ada tiga orang. Mereka percaya kepada beliau karena
beliau telah berpengalaman dalam mengajar ngaji. Beliau mulai mengajar ngaji
ditempat itu mulai tahun 1993 dan pada tahun 1994 sudah ada yang khatam.
Selanjutnya masyarakat sekitar mulai mempercayainya dan mengaji ketempat
beliau.
TPQ dan BTQ
TPQ (Taman
Pendidikan Al-Quran) yang beliau tekuni sekarang ini adalah TPQ Nur Fattah.
Akan tetapi, seiringnya berkembangnya zaman, kini TPQ tersebut diubah dengan BTQ (Bustan Tsamrotul Qolbis Salim
atau yang biasa disebut Baca Tulis Al-Quran). Ini semua beliau lakukan untuk
mengajar anak-anak agar tdak hanya bisa membaca Al-Quran saja, tetapi juga bisa
menulisnya. Beliau tidak pernah lelah dalam memberi pengajaran kepada
murid-muridnya. Beliau juga mengajar dengan tulus dan ikhlas.
Dalam mengajar mengaji murid-muridnya, biasanya
beliau dibantu oleh orang-orang ataupun murid-muridnya yang sudah khatam maupun
yang sudah mengerti kitab. Mereka yang sudah khatam, biasanya enggan
melanjutkan mengaji kembali. Bila tidak ada mereka, terpaksa beliau yang
mengajarnya sendiri. Disana, beliau mempunyai metode untuk mengajar, yaitu
apabila belum bisa shalat, maka tidak bisa mengaji Al-Quran maupun turutan.
Shalat lima waktu adalah kewajiban setiap muslim, jadi percuma bila mahir
membaca Al-Quran akan tetapi belum bisa shalat dengan lancar. Pada waktu itu,
pernah ada sepuluh anak yang ingin mengaji Al-Quran, tetapi setelah dites
shalat belum lancar. Maka beliau belum bisa menerimanya. Dahulu, muridnya yang
khatam bisa sampai delapan, sembilan, atau sepuluh. Sekarang mereka sudah
besar, ada yang bekerja sebagai tentara, pegawai negeri, dan pekerja swasta.
Disana Bapak Suyudi mengajarkan kepada anak-anak pesholatan, fiqih, sulam
taufiq, safinah, maupun ta’lim muta’alim. Selain itu murid beliau juga
diajarkan kesenian, misalnya rebana dan Qasidah.
Setiap malam Jumat, diadakan yasinan dan
tahlilan bersama. Setelah itu murid-murid mendapat snack yang diberikan oleh
wali murid secara bergilir. Adanya pergiliran pemberian snack itu memang
disarankan oleh masyarakat sekitar. Apabila menjelang maulud, biasanya diadakan
yasinan, tahlilan, dan albarjanji.
Dahulu, ketika beliau sudah dikenal
masyarakat, muridnya bisa sampai 120 orang. Akan tetapi karena keterbatasan
tempat, biasanya mereka berdesakan. Sekarang murid beliau kira-kira hanya
tinggal setengahnya dan yang aktif hanya 40 orang. Tempat pengajian beliau
termasuk tempat yang strategis pada saat bulan Ramadhan. Lokasinya berada
ditengah-tengah empat masjid dan mushola yang menyelenggarakan kegiatan
mengaji. Jadi, apabila ada murid yang tidak senang dengan kegiatan beliau bisa
dapat dipindahkan ketempat mengaji yang lainnya.
Beliau mengajar selama dua jam, dimulai
dari jam 18.00 sampai dengan jam 20.00. Apabila banyak murid beliau yang hadir,
dan juga banyak yang membantu, maka akan dibagi mengajarnya. Ada yang bagian
mengajar shalat, mengaji Al-Quran, turutan, dan Kitab. Akan tetapi jika tidak
ada yang membantu, beliau memiliki pengajaran tersendiri, yaitu memberi ceramah
, menjelaskan aqidah-aqidah islam, maupun tafsir-tafsir ayat Al-Quran kepada
semua muridnya.
Fasilitas
Di BTQ dan TPQ
Beliau mempunyai sekumpulan buku-buku
islami, Al-Quran, alat musik rebana, dan juga sebuah bedug yang beliau buat
sendiri pada saat Idul Adha beberapa tahun yang lalu. Beliau juga memiliki
Qiroatil Quran yang berbentuk lembaran-lembaran kertas yang digantung dan
bertuliskan huruf Arab untuk mempermudah pembelajaran membaca Al-Quran. Apabila
ada acara khataman atau maulid Nabi Muhammad, beliau sudah menyediakan panggung
dan dekorasi yang disimpan dan didaur ulang terus menerus. Apabila membuat
lagi, mungkin membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang tidak sedikit.
Apabila pada saat perayaan Idul Fitri,
beliau juga membuat balon udara dari plastik-plastik bekas dan dibantu oleh
murid-muridnya. Rumah beliau tergolong rumah yang sederhana dan didalam rumah
yang sekaligus menjadi tempat mengaji terdapat banyak dekorasi maupun
barang-barang untuk keperluan khataman maupun maulid yang dibungkus dengan
kardus dan ditaruh di langit-langit atap rumah beliau. Beliau tidak mempunyai
sponsor, akan tetapi memiliki dukungan dari masyarakat sekitar.
Suka
Duka
Beliau mempunyai
banyak suka maupun duka.Duka beliau diantaranya adalah misalnya ada anak kecil menangis. Mau tidak
mau beliau juga harus menghiburnya atau bahkan mengantarnya pulang agar tidak
mengganggu murid yang lain. Lalu, biasanya banyak anak kecil yang kesana hanya
ingin mencuci kaki dan mengganggu aktivitas pengajian. Beliau tidak mempunyai
hak untuk mengusir anak kecil karena beliau tidak tega. Yang terakhir adalah
sindiran warga. Beliau sering disindir dengan hal-hal yang tidak mengenakan
hati. Sukanya beliau jadi memiliki saudara banyak, tidak begitu kesulitan dalam
melakukan aktivitas.
Pengalaman
Beliau
Beliau
memiliki banyak sekali pengalaman. Mulai dari pada saat hidup secara
berpindah-pindah, sampai akhirnya menjadi guru ngaji seperti saat ini. Beliau
juga bercerita bahwa pernah bepergian ke Sumatera dan ingin pulang ke Kebumen
tetapi tidak mempunyai uang. Entah bagaimana caranya sehingga bisa sampai ke
Kebumen. Kami tidak menanyakan karena mungkin tidak perlu. Beliau juga pernah
mengobati seseorang yang mempunyai penyakit gigi dan bisa sembuh. Akan tetapi,
beliau selalu merasa bahwa pengalamannya kurang.
Prinsip
Hidup
Beliau
mempunyai prinsip hidup yang sangat banyak. Apalagi beliau adalah orang yang
taat dalam beragama. Prinsip beliau adalah taat kepada Allah, berusaha dalam mendapat
berkah Allah, dapat beryukur kepada Allah, hidup bukan untuk memperkaya diri,
dan berusaha dalam mendidik dan melatih anak-anak menjadi manusia yang taat
beribadah. Beliau juga mempunyai motto, yaitu lebih baik sederhana tetapi
bermanfaat untuk orang lain daripada kaya tetapi tidak bermanfaat.
Harapan
Beliau
Bapak
Suyudi menginginkan agar semua muridnya menjadi anak yang bermanfaat dan
beriman kepada Allah Ta’ala. Beliau juga menginginkan agar semua muridnya tidak
hanya mementingkan keduniawian, tetapi juga mempersiapkan bekal untuk dunia
akherat.
G.
KESIMPULAN
Sebagai Muslim dan muslimah yang baik, jangan sampai
melupakan shalat. Dalam islam kita juga diperintah agar mengaji untuk
memperdalam ilmu agama yang belum kita ketahui.
Kebumen, 15 Februari 2012
Tim Pewawancara,
1.
Fahri Achmadi _____________
2.
Maya Afifah _____________
3. Naufal
Banyu Argani _____________
4. Vidyananda Partiwi
No comments:
Post a Comment