Tuesday 24 September 2013

PERJUANGAN HIDUP SEORANG GURU NGAJI



LAPORAN WAWANCARA
“PERJUANGAN HIDUP SEORANG GURU NGAJI”

A.    TUJUAN
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi dan kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan narasumber.

B.     NARASUMBER
Narasumber yang kami pilih adalah Seorang guru ngaji dukuh kewangen, Karangsari yaitu Bapak Suyudi.

C.    WAKTU
Wawancara dilaksanakan pada:
hari                       : Minggu
tanggal                 : 29 Januari 2012
pukul                   : 11.30-13.00 WIB.

D.    TEMPAT
      Wawancara dengan Bapak Suyudi dilakukan di rumah sekaligus tempat mengajar ngaji beliau di Dukuh Kewangen, Karangsari, Rt.04 Rw.02 Kebumen. Lokasi rumah beliau tidak begitu strategis, akan tetapi cocok untuk wawancara karena daerahnya yang sepi dan tidak mengganggu proses berjalannya wawancara

E.     PEWAWANCARA
Tim pewawancara terdiri dari:
1.      Fahri achmadi                        (14)      sebagai Penanya, dan  Editor
2.      Maya Afifah                             (21)      sebagai Pencatat Informasi
3.      Naufal Banyu Argani             (23)      sebagai Pengambil Gambar
4.      Vidyananda Partiwi               (31)      sebagai Penanya


F.   HASIL WAWANCARA

Identitas Narasumber
                 Bapak Suyudi merupakan seorang guru ngaji yang cukup terkenal di Karangsari karena sudah mengajar ngaji sejak tahun 1993. Beliau sekarang berumur 57 tahun dan tepatnya lahir pada tahun 1995. Bapak dengan dua anak ini lahir di Desa Prigi Kecamatan Pejagoan, Kebumen. Beliau menuturkan bahwa dahulu dari memiliki anak yang pertama sampai yang kedua beliau tidak memiliki rumah sendiri maka dari itu beliau hidup seperti burung secara berpindah-pindah. Awalnya beliau tinggal Karangsambung ikut dengan neneknya, lalu di Karangpoh, dan di Jalan Garuda no.18 Kebumen selama enam tahun ikut dengan mertuanya. Karena panggilan masyarakat dan teman-temannya, maka beliau pindah ke Karangsari untuk mengajar ngaji anak-anak. Karena memiliki sedikit uang, maka Ia membeli rumah kecil-kecilan. Maka dari itu sekarang beliau sudah tinggal menetap. Karena keterbatasan tempat untuk beribadah, maka latar depan rumah beliau menumpang tetangganya, yaitu Mbah Suradi.
                 Bapak Suyudi memiliki seorang istri yang sampai saat ini masih setia menemaninya. Istri beliau, dulunya memiliki gangguan jiwa, tetapi sekarang sudah sembuh. Dahulu, orang takut dengan istri beliau karena dapat kambuh secara mendadak. Saya (Fahri) juga pernah merasakan dikejar-kejar oleh istri beliau yang pada saat itu membawa sebuah pisau. Beliau mempunyai dua anak. Yang pertama laki-laki dan sekarang ia belum bekerja. Ia biasa membantu Bapaknya mengajar murid-murid mengaji. Yang kedua perempuan dan sekarang bekerja diapotik Pemuda.      Beliau sekarang bekerja sebagai guru ngaji sekaligus sebagai buruh panggilan (membenarkan pagar, atap, antena, dll). Kami tidak menanyakan penghasilan beliau karena penghasilan beliau tidak sama setiap harinya. Lagipula apabila ditanyakan, pastinya akan menyinggung perasaan narasumber. Beliau mengajar ngaji dengan sukarela. Murid yang beliau ajar, akan membayar biaya seikhlasnya. Apabila ada yang tidak membayar, beliau juga tidak memaksa karena itu adalah kesanggupannya masing-masing.    


Menjadi Guru Ngaji
      Bapak Suyudi telah menjadi guru ngaji sejak lama. Beliau mengatakan bahwa beliau menjadi guru ngaji secara tidak sengaja dan karena anugerah dari Allah. Awalnya beliau tidak berniat untuk menjadi guru ngaji seperti itu, akan tetapi masyarakat menghendakinya. Dahulu beliau mengajar mulai dari Karangsambung dan Jalan Garuda, lalu merambat ke Kebagoran hingga akhirnya sampai ditempat itu. Awalnya, tidak ada yang mengenal beliau, hanya satu keluarga yang mengaji ditempat itu dan hanya ada tiga orang. Mereka percaya kepada beliau karena beliau telah berpengalaman dalam mengajar ngaji. Beliau mulai mengajar ngaji ditempat itu mulai tahun 1993 dan pada tahun 1994 sudah ada yang khatam. Selanjutnya masyarakat sekitar mulai mempercayainya dan mengaji ketempat beliau.

TPQ dan BTQ
      TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) yang beliau tekuni sekarang ini adalah TPQ Nur Fattah. Akan tetapi, seiringnya berkembangnya zaman, kini TPQ tersebut diubah  dengan BTQ (Bustan Tsamrotul Qolbis Salim atau yang biasa disebut Baca Tulis Al-Quran). Ini semua beliau lakukan untuk mengajar anak-anak agar tdak hanya bisa membaca Al-Quran saja, tetapi juga bisa menulisnya. Beliau tidak pernah lelah dalam memberi pengajaran kepada murid-muridnya. Beliau juga mengajar dengan tulus dan ikhlas.

Dalam mengajar mengaji murid-muridnya, biasanya beliau dibantu oleh orang-orang ataupun murid-muridnya yang sudah khatam maupun yang sudah mengerti kitab. Mereka yang sudah khatam, biasanya enggan melanjutkan mengaji kembali. Bila tidak ada mereka, terpaksa beliau yang mengajarnya sendiri. Disana, beliau mempunyai metode untuk mengajar, yaitu apabila belum bisa shalat, maka tidak bisa mengaji Al-Quran maupun turutan. Shalat lima waktu adalah kewajiban setiap muslim, jadi percuma bila mahir membaca Al-Quran akan tetapi belum bisa shalat dengan lancar. Pada waktu itu, pernah ada sepuluh anak yang ingin mengaji Al-Quran, tetapi setelah dites shalat belum lancar. Maka beliau belum bisa menerimanya. Dahulu, muridnya yang khatam bisa sampai delapan, sembilan, atau sepuluh. Sekarang mereka sudah besar, ada yang bekerja sebagai tentara, pegawai negeri, dan pekerja swasta. Disana Bapak Suyudi mengajarkan kepada anak-anak pesholatan, fiqih, sulam taufiq, safinah, maupun ta’lim muta’alim. Selain itu murid beliau juga diajarkan kesenian, misalnya rebana dan Qasidah.

 Setiap malam Jumat, diadakan yasinan dan tahlilan bersama. Setelah itu murid-murid mendapat snack yang diberikan oleh wali murid secara bergilir. Adanya pergiliran pemberian snack itu memang disarankan oleh masyarakat sekitar. Apabila menjelang maulud, biasanya diadakan yasinan, tahlilan, dan albarjanji.

Dahulu, ketika beliau sudah dikenal masyarakat, muridnya bisa sampai 120 orang. Akan tetapi karena keterbatasan tempat, biasanya mereka berdesakan. Sekarang murid beliau kira-kira hanya tinggal setengahnya dan yang aktif hanya 40 orang. Tempat pengajian beliau termasuk tempat yang strategis pada saat bulan Ramadhan. Lokasinya berada ditengah-tengah empat masjid dan mushola yang menyelenggarakan kegiatan mengaji. Jadi, apabila ada murid yang tidak senang dengan kegiatan beliau bisa dapat dipindahkan ketempat mengaji yang lainnya.

Beliau mengajar selama dua jam, dimulai dari jam 18.00 sampai dengan jam 20.00. Apabila banyak murid beliau yang hadir, dan juga banyak yang membantu, maka akan dibagi mengajarnya. Ada yang bagian mengajar shalat, mengaji Al-Quran, turutan, dan Kitab. Akan tetapi jika tidak ada yang membantu, beliau memiliki pengajaran tersendiri, yaitu memberi ceramah , menjelaskan aqidah-aqidah islam, maupun tafsir-tafsir ayat Al-Quran kepada semua muridnya.

Fasilitas Di BTQ dan TPQ
Beliau mempunyai sekumpulan buku-buku islami, Al-Quran, alat musik rebana, dan juga sebuah bedug yang beliau buat sendiri pada saat Idul Adha beberapa tahun yang lalu. Beliau juga memiliki Qiroatil Quran yang berbentuk lembaran-lembaran kertas yang digantung dan bertuliskan huruf Arab untuk mempermudah pembelajaran membaca Al-Quran. Apabila ada acara khataman atau maulid Nabi Muhammad, beliau sudah menyediakan panggung dan dekorasi yang disimpan dan didaur ulang terus menerus. Apabila membuat lagi, mungkin membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang tidak sedikit.

Apabila pada saat perayaan Idul Fitri, beliau juga membuat balon udara dari plastik-plastik bekas dan dibantu oleh murid-muridnya. Rumah beliau tergolong rumah yang sederhana dan didalam rumah yang sekaligus menjadi tempat mengaji terdapat banyak dekorasi maupun barang-barang untuk keperluan khataman maupun maulid yang dibungkus dengan kardus dan ditaruh di langit-langit atap rumah beliau. Beliau tidak mempunyai sponsor, akan tetapi memiliki dukungan dari masyarakat sekitar.

Suka Duka
      Beliau mempunyai banyak suka maupun duka.Duka beliau diantaranya adalah  misalnya ada anak kecil menangis. Mau tidak mau beliau juga harus menghiburnya atau bahkan mengantarnya pulang agar tidak mengganggu murid yang lain. Lalu, biasanya banyak anak kecil yang kesana hanya ingin mencuci kaki dan mengganggu aktivitas pengajian. Beliau tidak mempunyai hak untuk mengusir anak kecil karena beliau tidak tega. Yang terakhir adalah sindiran warga. Beliau sering disindir dengan hal-hal yang tidak mengenakan hati. Sukanya beliau jadi memiliki saudara banyak, tidak begitu kesulitan dalam melakukan aktivitas.

Pengalaman Beliau
      Beliau memiliki banyak sekali pengalaman. Mulai dari pada saat hidup secara berpindah-pindah, sampai akhirnya menjadi guru ngaji seperti saat ini. Beliau juga bercerita bahwa pernah bepergian ke Sumatera dan ingin pulang ke Kebumen tetapi tidak mempunyai uang. Entah bagaimana caranya sehingga bisa sampai ke Kebumen. Kami tidak menanyakan karena mungkin tidak perlu. Beliau juga pernah mengobati seseorang yang mempunyai penyakit gigi dan bisa sembuh. Akan tetapi, beliau selalu merasa bahwa pengalamannya kurang.

Prinsip Hidup
      Beliau mempunyai prinsip hidup yang sangat banyak. Apalagi beliau adalah orang yang taat dalam beragama. Prinsip beliau adalah taat kepada Allah, berusaha dalam mendapat berkah Allah, dapat beryukur kepada Allah, hidup bukan untuk memperkaya diri, dan berusaha dalam mendidik dan melatih anak-anak menjadi manusia yang taat beribadah. Beliau juga mempunyai motto, yaitu lebih baik sederhana tetapi bermanfaat untuk orang lain daripada kaya tetapi tidak bermanfaat.




Harapan Beliau
      Bapak Suyudi menginginkan agar semua muridnya menjadi anak yang bermanfaat dan beriman kepada Allah Ta’ala. Beliau juga menginginkan agar semua muridnya tidak hanya mementingkan keduniawian, tetapi juga mempersiapkan bekal untuk dunia akherat.



G.      KESIMPULAN
Sebagai Muslim dan muslimah yang baik, jangan sampai melupakan shalat. Dalam islam kita juga diperintah agar mengaji untuk memperdalam ilmu agama yang belum kita ketahui.


Kebumen, 15 Februari 2012
Tim Pewawancara,


1.      Fahri Achmadi                      _____________
2.      Maya Afifah                                                                          _____________
3.      Naufal Banyu Argani          _____________ 
4.   Vidyananda Partiwi          

No comments: