LAPORAN WAWANCARA DENGAN PEDAGANG ASONGAN KERETA API
A. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan wawancara ini
adalah untuk mendapatkan informasi tentang perjuangan hidup seorang pedagang
asongan kereta api.
B. NARASUMBER
Narasumber yang kami pilih adalah
salah seorang pedagang asongan kereta api stasiun Kebumen yang bernama Mbah
Misnah (74 tahun).
C. WAKTU
Wawancara dilakukan pada :
Hari/tanggal : Minggu, 5 Februari 2012
Pukul : 09.00 – 11.00 WIB
D. TEMPAT
Wawancara dengan Mbah Misnah
dilakukan di rumah beliau di Desa Selang, Rt 03 Rw 08, Kecamatan Kebumen.
E. PEWAWANCARA
Tim pewawancara terdiri
dari :
1. Alittio Fatah Y. (02/X.1)
2. Anisa Fatwa (04/X.1)
3. Hana Fadhila R. (17/X.1)
F. HASIL WAWANCARA
Semua
tentang
narasumber
Kami melaksanakan wawancara kepada
salah seorang pedagang asongan kereta api di stasiun Kebumen. Beliau adalah
Mbah Misnah. Mbah misnah berusia 74 tahun. Beliau tinggal di Desa Selang Rt 03
Rw 04 Kecamatan Kebumen. Beliau mempunyai delapan anak, dan yang telah
meninggal dunia sebanyak tiga orang.
Kini putra-putri beliau tinggal lima orang, putra beliau empat orang dan putri
beliau 1 orang. Putra-putri beliau bernama Nuryati, Sabar, Witono, Miswanto
dan Muhammad Nuryadi. Mereka sudah
cukup lama merantau ke Jambi atau bahkan ke Arab Saudi. Beliau tinggal
bersama suami dan tiga orang cucunya, yaitu Dina, Dani dan Egi. Suami beliau
bernama Mbah Pawit. Kini, beliau sedang menderita gagal ginjal. Beliau
menderita gagal ginjal selama delapan tahun terakhir. Dahulu, beliau sempat bekerja
sebagai pegawai PLN di Semarang dan sejak
tahun 1973 sampai sebelum beliau sakit, beliau menjadi tukang becak.
Prinsip/motto hidup
Setelah suaminya sakit keras, Mbah
Misnah menjadi tulang punggung keluarga. Beliau memeras keringat hanya untuk
menafkahi keluarganya. Demi keluarganya, Mbah Misnah menjadi pedagang asongan
dengan berpindah dari satu
kereta
ke kereta lainnya. Beliau berangkat pada tengah malam dan pulang menjelang
Subuh. Begitulah Mbah Misnah dengan prinsip hidupnya “SEMANGAT” dapat tetap
membiayai sekolah anaknya dahulu, bahkan
dapat membiayai cucunya.
Keadaan keluarga/ekonomi
Keluarga Mbah Misnah termasuk
keluarga kurang mampu. Untuk menunjang kehidupannya, keluarga tersebut hanya
mengandalkan penghasilan Mbah Misnah. Mbah Misnah merupakan tulang punggung
keluarga, setelah suaminya tidak bekerja lagi. Putra putri Mbah Misnah yang
telah merantau, sedikit demi sedikit juga ikut membantu untuk meringankan beban
beliau. Rumah beliau juga terbilang sederhana, tetapi cukup luas dan sudah
berkeramik.
Pengalaman selama berdagang
Beliau bekerja menjadi pedagang
asongan sudah berpuluh-puluh tahun, tetapi beliau masih tetap semangat bekerja.
Beliau sudah sangat mengenal keadaan bahkan mengenal petugas-petugas yang ada
di stasiun. Selama beliau naik turun kereta, beliau sudah sering melihat atau
bahkan mengalami kecelakaan kereta. Dagangan beliau juga pernah diambil oleh
sekelompok suporter bola yang bernama bonek tanpa membayarnya. Kejadian ini
tidak membuat Mbah Misnah menjadi patah semangat bekeraja. Pekerjaan ini beliau
tekuni selama berpuluh-puluh tahun dan hasilnya dapat beliau gunakan untuk
menunjang kehidupan sehari-hari beliau.
Pada saat beliau berjualan, sering
dilakukan penertiban oleh para petugas stasiun. Para pedagang dapat diturunkan
sewaktu-waktu dan di sembarang tempat. Hal ini menjadikan para pedagang asongan
merasa kesal dan melakukan demonstrasi di kantor Bupati. Pada waktu demonstrasi,
Mbah Misnah adalah orang yang paling berjasa agar penertiban tersebut tidak
diberlakukan kembali. Menurut teman seperjuangannya, beliau adalah orang yang
cukup pemberani. Jadi, tidak jarang beliau diminta teman-temannya untuk membela
mereka pada saat berdemonstrasi dan meminta agar penertiban tidak diberlakukan
lagi.
Sejarah berdagang
Beliau bekerja sebagai pedagang
asongan pada tahun 1972. Sebelum bekerja menjadi pedagang asongan, beliau tidak
bekerja. Beliau bekerja sebagai pedagang asongan kereta api di stasiun Kebumen. Beliau termasuk pedagang nomor seratus.
Beliau biasa naik kereta api Gaya Baru dan Kahuripan. Sebenarnya, beliau tidak
menghendaki untuk bekerja menjadi pedagang asongan, tetapi karena beliau sangat
membutuhkan pekerjaan dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan beliau pada
waktu itu adalah menjadi pedagang asongan. Jadi, beliau berusaha untuk menekuni
pedagang asongan. Beliau memaparkan bahwa sebenarnya, beliau merasa iri dengan
teman-teman beliau. Teman-teman beliau berprofesi menjadi guru, sedangkan beliau
hanya menjadi pedagang asongan.
Beliau biasa berjualan pada malam
hari, berangkat jam 23.00 dan pulang sekitar pukul 04.00 WIB. Sekarang, beliau
menjajakkan lanting dan brem yang beliau bawa dalam satu kotak kardus. Dahulu,
beliau menjajakkan pecel. Dagangan yang sekarang beliau tawarkan didapatkan
dari tengkulak. Beliau mengalami masa berjualan paling ramai (tahun 1975) pada
saat berjualan pecel. Pada waktu itu, beliau cepat kembali ke rumah dan
kemudian membuat pecel lagi. Setelah itu, beliau kembali berangkat ke stasiun
untuk naik kereta yang biasa beliau tumpangi. Jadi pada waktu itu, beliau dapat
keluar masuk stasiun tidak hanya satu kali dalam sehari. Pada saat inilah,
beliau merasa sangat senang.
Dahulu, beliau biasa berjualan dari
Kebumen-Jakarta, namun sekarang beliau hanya berjualan dari Kebumen-Gombong,
dikarenakan faktor usia. Beliau biasa berangkat dari rumah ke stasiun dengan
sepeda. Beliau menjadi pedagang asongan sudah berpuluh-puluh tahun. Tetapi,
beliau tetap semangat bekerja demi keluarga tercinta.
Masalah/kendala
dalam berdagang
Pada saat
berdagang, Mbah Misnah menemukan beberapa masalah/kendala. Masalah/kendala yang pertama adalah akhir-akhir ini,
beliau cepat lelah ketika berdagang. Beliau mengurangi waktu berdagang agar
beliau dapat bekerja lagi dengan semangat di hari berikutnya. Rasa lelah ini
muncul karena beliau sudah lajut usia. Tetapi, beliau sedikit tidak
menghiraukan usia. Selain karena faktor usia, masalah/kendala lain yang dirasakan
oleh Mbah Misnah ketika berdagang adalah masalah kepemilikan kereta. Pemilik
kereta adalah orang Cina. Ketika kereta-kereta dimiliki oleh orang Cina, sering
dilakukan penertiban pedagang asongan. Pada saat dilakukan penertiban, para
pedagang asongan dilarang untuk berjualan di dalam kereta. Namun, adanya
penertiban ini tidak membuat para pedagang asongan kereta api jera untuk tidak
berjualan lagi. Bahkan, mereka tetap nekad masuk dan kembali manawarkan
dagangan-dagangan mereka. Agar tidak ditertibkan, para pedagang asongan harus
mengenakan identitas pedagang asongan. Indentitas tersebut berupa kartu tanda
anggota, rompi dan kaos. Penertiban mulai dilaksanakan sejak lima tahun
terakhir.
Suka
duka dalam berdagang
Sebagai pedagang yang
telah berpuluh-puluh tahun jatuh bangun di stasiun, beliau telah merasakan
manis pahitnya bekerja sebagai pedagang asongan kereta api di stasiun. Beliau
merasakan manisnya berdagang ketika dagangannya banyak yang terjual. Dagangan
laku keras ketika Mbah Misnah menawarkan pecel yang beliau bawa dengan bakul.
Tetapi, beliau juga merasakan pahitnya berdagang dalam kereta, yaitu ketika ada
penertiban pedagang asongan yang berisiko para pedagang asongan diturunkan
sewaktu-waktu dan di sembarang tempat. Selain itu, tidak jarang jika uang
beliau hilang ketika beliau sedang menawarkan dagangannya pada para penumpang,
entah karena diambil pencopet atau karena beliau lupa meletakkannya.
Penghasilan
Sebagai pedagang asongan, beliau mendapatkan
penghasilan yang sedikit dan tidak menentu. Penghasilan yang beliau terima tidak sebanding dengan
banyaknya
keringat yang mengalir. Penghasilan terakhir yang beliau terima adalah Rp
25.000,00. Pengahasilan rata-rata yang beliau terima setiap adalah Rp 50.000,00
sampai Rp 100.000,00 yang sudah digabung dengan modal. Akhir-akhir ini, untuk
mendapatkan keuntungan yang besar sangatlah sulit. Sebagai
penghasilan tambahan, beliau kadang diberi oleh para penumpang kereta api,
meskipun beliau tidak memintanya. Kadang-kadang beliau menolak pemberian para
penumpang, tetapi para penumpang tetap membujuk Mbah Misnah untuk menerima
pemberian tersebut. Beliau menuturkan bahwa beliau pernah diberi uang oleh
salah seorang penumpang kereta api sebanyak Rp 25.000,00. Cukup lumayan untuk
menambah pengahasilan Mbah Misnah.
Hal-hal
yang terjadi
sebelum, saat dan sesudah wawancara
Di kelas kami hanya terdapat 31
orang siswa sehingga harus ada yang kelompok yang beranggotaka 3 orang, yaitu
kelompok kami yang anggotanya terdiri dari Tio, Nisa dan Hana. Awalnya, kami iri terhadap kelompok
lain yang anggotanya berjumlah 4 orang. Tetapi, karena masing-masing dari kami
saling menyemangati, kami pun bersemangat untuk mngerjakan tugas ini.
Awalnya, kami akan mewawancarai seseorang
yang disamarkan namanya, yang pastinya orang tersebut dapat membantu kami dalam
melaksanakan tugas wawancara kami. Kami pun melakukan perjanjian dengannya
beberapa kali. Tetapi, karena kami dan dia sibuk dengan tugas-tugas sekolah
yang lain, kami pun selalu gagal untuk mewawancarainya. Akhirnya, pada tanggal
4 Februari 2011 kami melakukan perjanjian lagi. Kami berniat untuk bertemu di
stasiun pada hari Minggu, tanggal 5 Februari 2012, pada pukul 08.00 WIB untuk
melakukan wawancara dengan pedagang asongan di stasiun.
Sebelum ke stasiun, kami bertiga
berkumpul di sekolah. Agar kami lebih cepat sampai, kami menggunakan sepeda
motor. Setelah itu, kami pun langsung ke stasiun untuk menemui orang yang
disamarkan namanya tersebut. Setelah kami tiba di sana, kami pun kebingungan
karena orang yang disamarkan namanya tersebut tidak kunjung datang.
Berkali-kali kami menghubunginya, tetapi orang tersebut juga tidak memberikan
jawaban. Selain itu, kami tidak diperbolehkan masuk ke dalam peron stasiun. Betapa
malangnya kami.
Sebenarnya, ada seorang pedagang
asongan di luar stasiun. Akan tetapi, kami agak ragu untuk mewawancarainya
karena pedagang asongan tersebut sedang melayani pembeli. Kami pun tidak jadi
mewawancarainya.
Kami menunggu selama kira-kira hampir
1 jam, orang yang disamarkan namanya
tersebut tidak datang juga. Kami merasa bingung siapa orang yang dapat
menggantikannya untuk kami wawancarai. Kami sempat berpikir untuk berganti
topik yang akan diwawancarai. Namun, kami takut jika orang yang disamarkan namanya
tersebut datang, sedangkan kami pergi. Akhirnya, Hana ingat bahwa Nur Agni
Maharjanti (teman sekelas kami) pernah mengatakan bahwa tetangganya ada yang
bekerja sebagai pedagang asongan. Akhirnya, kami setuju untuk mewawancarai tetangga Agni.
Dengan segera, kami menelepon Agni,
Agni pun mau membantu kami. Kami bergegas
ke rumah
Agni. Setelah itu, kami diantarkan ke rumah pedagang asongan itu. Sesampainya di sana, kami sangat kaget karena
bagian ruang tamu rumah Mbah Misnah sudah berkeramik. Mungkin karena Mbah
Misnah juga dibantu oleh anak-anaknya.
Ketika wawancara, kami menayakan
beberapa pertanyaan diantaranya identitas narasumber, prinsip/motto hidup,
keadaan keluarga, pengalaman selama berdagang, sejarah berdagang,
masalah/kendala dalam berdagang, suka duka dalam berdagang dan penghasilan.
Hal-hal yang menarik dari wawancara tersebut yaitu, Mbah Misnah masih sangat
sehat bugar, padahal umurnya sudah 74 tahun. Apalagi ketika kami menanyakan
tentang penertiban
pedagang asongan. Mbah Misnah menjawabnya dengan penuh semangat. Ekspresi wajah dan bahasa yang Mbah Misnah gunakan ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan kami
membuat kami tertawa geli.
Wawancara telah usai. Kami pun berterima kasih kepada
Mbah Misnah yang sudah membantu kami mengerjakan tugas Bahasa Indonesia ini dan tidak lupa
juga berterima kasih kepada
Agni karena telah mengantarkan
kami
ke rumah
Mbah Misnah.
Kami segera kembali ke sekolah. Setelah itu, kami makan siomay di depan sekolah dan begegas kembali ke rumah.
Kesimpulan
Kita harus tetap semangat
bekerja, pekerjaan apapun itu. Sekalipun pekerjaan itu sangat melelahkan.
Seperti Mbah Misnah akan melakukan apapun demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dengan rasa ikhlas, ikhtiar dan berdoa, pasti kita akan mampu mencapai apa yang
kita mau.
Kebumen, 15 Februari 2012
Tim Pewawancara,
1.
Alittio Fatah Yassin _____________
2.
Anisa Fatwa _____________
3. Hana
Fadhila Rohmah _____________
G. PERTANYAAN
Identitas narasumber
1. Siapa
nama Mbah?
2.
Berapa umur Mbah?
3.
Ada berapa putra-putri
Mbah?
4.
Siapa nama putra-putri
Mbah yang masih hidup?
5.
Dengan siapakah sekarang
Mbah tinggal?
6.
Dimana putra-putri Mbah
bertempat tinggal?
7.
Siapa nama suami Mbah?
8.
Siapa nama cucu Mbah?
9.
Apa pekerjaan suami
Mbah?
Prinsip/motto hidup
10.
Apakah motto hidup
Mbah?
11.
Apakah yang membuat
Mbah tetap semangat bekerja?
Keadaan keluarga/ekonomi
12.
Selain penghasilan dari
Mbah, dari manakah penghasilan lain yang Mbah terima untuk menunjang kebutuhan
sehari-hari Mbah?
Pengalaman selama berdagang
13.
Hal-hal menarik apa
sajakah yang pernah Mbah alami ketika berdagang?
Sejarah berdagang
14.
Sejak kapan Mbah
menjadi pedagang asongan?
15.
Di stasiun mana Mbah
biasa berjualan?
16.
Sebelum menjadi
pedagang asongan, apa pekerjaan Mbah?
17.
Mengapa Mbah memilih
menjadi pedagang asongan?
18.
Beliau biasa berjualan
dengan naik kereta apa?
19.
Pukul berapa Mbah biasa
berjualan?
20.
Kendaraan apakah yang
Mbah gunakan untuk pergi ke stasiun?
21.
Sampai daerah mana Mbah
biasa berjualan dengan naik kereta api?
22.
Dagangan apa sajakah
yang Mbah tawarkan?
23.
Seberapa banyak
dagangan yang Mbah tawarkan setiap harinya?
24.
Kapan Mbah mengalami
masa berjualan paling ramai?
25.
Bagaimana perasaan Mbah
ketika dagangannya banyak terjual?
Masalah/Kendala dalam berdagang
26.
Masalah/kendala apa
saja yang Mbah alami ketika beerja sebagai pedagang asongan?
27.
Apa yang dilakukan
pemilik kereta terhadap para pedagang asongan?
28.
Bagaimanakah cara yang
dilakukan para pedagang asongan agar tidak ditertibkan petugas?
29.
Apa saja identitas yang
digunakan oleh para pedagang asongan?
30.
Sejak kapan penertiban
dilaksanakan?
Suka duka dalam berdagang
31.
Apa sajakah yang
membuat Mbah senang ketika bekerja sebagai pedagang asongan?
32.
Apa sajakah yang
membuat Mbah merasa kurang senang ketika bekerja sebagai pedagang asongan?
Penghasilan
33.
Berapa banyak
penghasilan yang Mbah terima setiap harinya?
34.
Berapa penghasilan
terakhir yang beliau terima?
35. Berapa
penghasilan rata-rata yang diterima setiap harinya?
Berapa keuntungan
yang Mbah dapatkan?
No comments:
Post a Comment