LAPORAN
WAWANCARA DENGAN
TUKANG
SOL SEPATU
A. TUJUAN
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kehidupan tukang sol sepatu.
B. NARASUMBER
Narasumber yang kami pilih adalah salah satu tukang sol sepatu
di Pasar Tumenggungan, Kebumen. Beliau bernama Sawaludin.
C.
WAKTU
1. Wawancara
pertama dilaksanakan pada:
hari :
Selasa
tanggal : 31
Januari 2012
pukul :
15.30–16.45 WIB.
2.
Wawancara kedua dilaksanakan pada:
hari :
Sabtu
tanggal :
4 Februari 2012
pukul :
15.00-16.30 WIB.
D. TEMPAT
Wawancara dengan Bapak Sawaludin dilakukan
dua kali. Yang pertama dilakukan di Pasar Tumenggungan, sedangkan yang kedua
dilakukan di rumah beliau tepatnya di Desa Kalirejo Rt 01 Rw 07.
E. PEWAWANCARA
Tim pewawancara terdiri dari:
(1.) Kurniawan Andre C (18/X.1)
(2.) Maritha
Kusuma W (20/X.1)
(3.) Nur Agni M (24/X.1)
(4.) Trissa
Atinia Y (29/X.1)
F.
HASIL WAWANCARA
Awal
kehidupanku
Di
Desa Kalirejo, tepatnya Rt 1 Rw 7 pada tanggal 8 Mei 1981 lahirlah seorang anak
laki – laki dari pasangan Bapak Supandar dan Ibu Sumarni. Anak tersebut lahir
dengan selamat dan diberi nama Sawaludin, yang berarti lahir dibulan Syawal.
Sawaludin merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara. Seiring berjalannya waktu,
kedua kakaknya secara bergantian di panggil oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui
Malaikat Izrail untuk kembali kepada-Nya. Kini, Bapak Supandar dan Ibu Sumarni
tinggal bersama ketujuh orang anaknya. Biaya kehidupan saat itu ditopang oleh
Bapak Supandar selaku kepala keluarga. Beliau adalah seorang pekerja keras,
hampir semua pekerjaan pernah dia geluti hanya untuk menopang biaya kehidupan
keluarganya.
Berkat kerja kerasnya, Bapak
Supardan dapat menyekolahkan ketujuh anaknya, walaupun hanya tamat SD. Semua
anaknya disekolahkan di SDN 1 Selang, termasuk Sawaludin. Ketika lulus dari SDN
1 Selang, Sawaludin memutuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Sebenarnya, saat Sawaludin masih duduk dibangku sekolah dasar, dia
bercita-cita menjadi seorang polisi. Namun, dia berfikir bahwa kemungkinan
kecil untuknya menjadi seorang polisi. Kini, ia mulai melupakan cita-cita yang
tidak mungkin dicapainya.
Pencarian
Jati Diri
Setelah
lulus dari SDN 1 Selang, Sawaludin membantu bapaknya mencari rumput untuk
kambing peliharaannya. Seiring berjalannya waktu, Sawaludin mulai beranjak
dewasa. Sawaludin mulai berfikir tentang masa depannya nanti. Tidak mungkin dia
harus bergantung pada kedua orang tuanya. Akhirnya, Sawaludin memutuskan untuk
merantau kekota. Dengan harapan dapat merubah nasibnya. Walaupun dengan
minimnya pendidikan yang ia miliki. Namun semangat dan prinsip hidupnya membuat
tekad Sawaludin untuk merantau kekota. Sesampainya dikota tepatnya kota yang di
juluki kota hujan (kota Bogor),ia menyewa sepetak rumah untuk sekedar berteduh
denga sedikit uang yang diberikan orang tuanya. Sawaludin melamar ke beberapa
perusahaan, tetapi banyak perusahaan yang menolak karena hanya berijasah SD.
Beberapa tahun kemudian Sawaludin diterima di perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri sepatu. Dia bekerja di perusahaan sepatu di daerah bogor selama
6 bulan. Akan tetepi, Sawaludin tidak kuat dengan bau lem yang sangat menyengat
sehingga membuat ia sesak napas. Sawaludin memutuskan untuk keluar dari
perusahaan tersebut. Setelah keluar dari perusahaan sepatu,ia bekerja sebagai
tukang rokok keliling (asongan). Ia biasa menjajakan dagangannya di pasar. Di
sela-sela menjajakan rokok dipasar Sawaludin bertemu dengan seseorang dan
ia diajari menjahit sepatu dan menyemir.
Pekerjaan sebagai asongan sangat menguras tenaga Sawaludin karena ia harus
berjalan menyusuri lorong pasar dan keluar masuk pasar.
Oleh karena itu, dengan keahlian
baru menjahit sepatu ia berganti profesi sebagai sol sepatu keliling. Ia
biasanya menjual jasanya dengan memikul alat-alat sol sepatu dan keluar masuk
gang perumahan. Seiring berjalannya waktu peminat sol sepatu mulai berkurang
dan Sawaludin berniat mengahiri masa-masa perantauannya di kota. Ia ingin
kembali ketanah dimana ia dilahirkan.
Dengan
tekat yang kuat, Sawaludinpun kembali ke tanah kelahirannya, Kebumen. Di
Kebumen ia tetap memperjuangkan keahliannya menjahit sepatu. Kini, ia bekerja
dipasar Tumenggungan Kebumen. Walaupun,tempat yang ia gunakan hanya mengontrak
kios milik temannya, ia tetap bersemangat agar kios yang ditempatinya kini
dapat menjadi milik Sawaludin sepenuhnya. Namun, keinginan untuk memiliki kios
belum dapat dipenuhi sampai sekarang, penghasilannya selalu habis untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sawaludin merupakan anak bungsu yang saat ini
menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja dari pukul 08.00 sampai 17.00
WIB. Semua itu ia lakukan agar keluarganya dapat makan. Ia selalu bersemangat
ketika ia teringat motto hidupnya “selagi muda jangan sia-siakan tenaga”.
Kata-kata itulah yangmenyemangati dia saat dia terjatuh dan sedih. Penyemangat
hidupnya bukan hanya itu, keluarga yang selalu mendukungnya juga selalu
membuatnya bersemangat. Sehingga ia memiliki prinsip hidup “Demi kebutuhan
keluarga apapun dilakukan”. Sungguh tekadnya sangat kuat. Ia tidak pernah
sesekalipun melupakan keluarganya saat ia memiliki atau tidak memiliki rezeki.
Saat
menjadi tukang sol sepatu
Setiap
orang memiliki pekerjaan, dan setiap pekerjaan ada suka dan duka. Sawaludin
mengaku suka ketika pelanggan banyak,yaitu saat pergantian tahun ajaran.
Sedangkan dukanya ia mengatakan bahwa ia pernah mendapat pelanggan yang emosi,
kadang juga ada juga yang tidak suka dengan hasil solnya. Dalam menghadapi
cobaannya tersebut ia selalu tawakal dan sabar karena dia percaya Tuhan tidak
akan memberi cobaan diatas kemampuan hamba-Nya. Pernah juga ia tertusuk jarum
akibat ulahnya yang ceroboh. Alat sol sepatu berjumlah banyak, diantaranya kaki
tiga,gunting, pisau,slang,korek,sikat,semir,gorok, dan jarum dalam 3 ukuran,
yaitu besar,sedang dan kecil. Berkali-kali tertusuk jarum tak membuat Sawaludin
patah semangat, ia tetap bekerja keras demi keluarganya. Dan ia pun tak pernah
berfikiran untuk berganti profesi. Sampai saat ini ia merasa senang dengan
pekerjaannya itu walaupun terkadang merasa susah. Ia selalu teringat pada
prinsip pekerjaannya yang sering disingkat 3P (Payu ra Payu Peken), kata-kata itulah yang menggugah semangatnya ketika keterpurukan menimpanya.
F.
KESIMPULAN
Kita harus
menggapai keinginan dengan kerja keras dan diiringi dengan do’a, serta ikhlas
menerima apa yang ditakdirkan. Rela berkorban demi kebahagiaan orangtua, karena
melihat orangtua bahagia adalah hal yang paling indah.
Kebumen, 15 Februari 2012
Tim Pewawancara,
1.
Kurniawan Andre C _____________
2.
Maritha Kusuma Wardani _____________
3. Nur
Agni Maharjanti _____________
4.
Trissa Atinia Y _____________
No comments:
Post a Comment