Tuesday 24 September 2013

NADA HIDUPKU SELALU "SOL"



LAPORAN WAWANCARA DENGAN
TUKANG SOL SEPATU

A.    TUJUAN
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kehidupan tukang sol sepatu.

B.     NARASUMBER
Narasumber yang kami pilih adalah salah satu tukang sol sepatu di Pasar Tumenggungan, Kebumen. Beliau bernama Sawaludin.
C.    WAKTU
1.   Wawancara pertama dilaksanakan pada:
hari                   : Selasa
tanggal            : 31 Januari 2012
pukul               : 15.30–16.45 WIB.
2.   Wawancara kedua dilaksanakan pada:
hari                   : Sabtu
tanggal            : 4 Februari 2012
pukul               : 15.00-16.30 WIB.

D.   TEMPAT
Wawancara dengan Bapak Sawaludin dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan di Pasar Tumenggungan, sedangkan yang kedua dilakukan di rumah beliau tepatnya di Desa Kalirejo Rt 01 Rw 07.

E.     PEWAWANCARA
Tim pewawancara terdiri dari:
      (1.)     Kurniawan Andre C        (18/X.1)
      (2.)     Maritha Kusuma W        (20/X.1)
      (3.)     Nur Agni M                      (24/X.1)
      (4.)     Trissa Atinia Y                 (29/X.1)


F.   HASIL WAWANCARA

Awal kehidupanku

                   Di Desa Kalirejo, tepatnya Rt 1 Rw 7 pada tanggal 8 Mei 1981 lahirlah seorang anak laki – laki dari pasangan Bapak Supandar dan Ibu Sumarni. Anak tersebut lahir dengan selamat dan diberi nama Sawaludin, yang berarti lahir dibulan Syawal. Sawaludin merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara. Seiring berjalannya waktu, kedua kakaknya secara bergantian di panggil oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui Malaikat Izrail untuk kembali kepada-Nya. Kini, Bapak Supandar dan Ibu Sumarni tinggal bersama ketujuh orang anaknya. Biaya kehidupan saat itu ditopang oleh Bapak Supandar selaku kepala keluarga. Beliau adalah seorang pekerja keras, hampir semua pekerjaan pernah dia geluti hanya untuk menopang biaya kehidupan keluarganya.
Berkat kerja kerasnya, Bapak Supardan dapat menyekolahkan ketujuh anaknya, walaupun hanya tamat SD. Semua anaknya disekolahkan di SDN 1 Selang, termasuk Sawaludin. Ketika lulus dari SDN 1 Selang, Sawaludin memutuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya, saat Sawaludin masih duduk dibangku sekolah dasar, dia bercita-cita menjadi seorang polisi. Namun, dia berfikir bahwa kemungkinan kecil untuknya menjadi seorang polisi. Kini, ia mulai melupakan cita-cita yang tidak mungkin dicapainya.

Pencarian Jati Diri

                   Setelah lulus dari SDN 1 Selang, Sawaludin membantu bapaknya mencari rumput untuk kambing peliharaannya. Seiring berjalannya waktu, Sawaludin mulai beranjak dewasa. Sawaludin mulai berfikir tentang masa depannya nanti. Tidak mungkin dia harus bergantung pada kedua orang tuanya. Akhirnya, Sawaludin memutuskan untuk merantau kekota. Dengan harapan dapat merubah nasibnya. Walaupun dengan minimnya pendidikan yang ia miliki. Namun semangat dan prinsip hidupnya membuat tekad Sawaludin untuk merantau kekota. Sesampainya dikota tepatnya kota yang di juluki kota hujan (kota Bogor),ia menyewa sepetak rumah untuk sekedar berteduh denga sedikit uang yang diberikan orang tuanya. Sawaludin melamar ke beberapa perusahaan, tetapi banyak perusahaan yang menolak karena hanya berijasah SD. Beberapa tahun kemudian Sawaludin diterima di perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu. Dia bekerja di perusahaan sepatu di daerah bogor selama 6 bulan. Akan tetepi, Sawaludin tidak kuat dengan bau lem yang sangat menyengat sehingga membuat ia sesak napas. Sawaludin memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Setelah keluar dari perusahaan sepatu,ia bekerja sebagai tukang rokok keliling (asongan). Ia biasa menjajakan dagangannya di pasar. Di sela-sela menjajakan rokok dipasar Sawaludin bertemu dengan seseorang dan ia  diajari menjahit sepatu dan menyemir. Pekerjaan sebagai asongan sangat menguras tenaga Sawaludin karena ia harus berjalan menyusuri lorong pasar dan keluar masuk pasar.
Oleh karena itu, dengan keahlian baru menjahit sepatu ia berganti profesi sebagai sol sepatu keliling. Ia biasanya menjual jasanya dengan memikul alat-alat sol sepatu dan keluar masuk gang perumahan. Seiring berjalannya waktu peminat sol sepatu mulai berkurang dan Sawaludin berniat mengahiri masa-masa perantauannya di kota. Ia ingin kembali ketanah dimana ia dilahirkan.

                   Dengan tekat yang kuat, Sawaludinpun kembali ke tanah kelahirannya, Kebumen. Di Kebumen ia tetap memperjuangkan keahliannya menjahit sepatu. Kini, ia bekerja dipasar Tumenggungan Kebumen. Walaupun,tempat yang ia gunakan hanya mengontrak kios milik temannya, ia tetap bersemangat agar kios yang ditempatinya kini dapat menjadi milik Sawaludin sepenuhnya. Namun, keinginan untuk memiliki kios belum dapat dipenuhi sampai sekarang, penghasilannya selalu habis untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sawaludin merupakan anak bungsu yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja dari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Semua itu ia lakukan agar keluarganya dapat makan. Ia selalu bersemangat ketika ia teringat motto hidupnya “selagi muda jangan sia-siakan tenaga”. Kata-kata itulah yangmenyemangati dia saat dia terjatuh dan sedih. Penyemangat hidupnya bukan hanya itu, keluarga yang selalu mendukungnya juga selalu membuatnya bersemangat. Sehingga ia memiliki prinsip hidup “Demi kebutuhan keluarga apapun dilakukan”. Sungguh tekadnya sangat kuat. Ia tidak pernah sesekalipun melupakan keluarganya saat ia memiliki atau tidak memiliki rezeki.

Saat menjadi tukang sol sepatu

                   Setiap orang memiliki pekerjaan, dan setiap pekerjaan ada suka dan duka. Sawaludin mengaku suka ketika pelanggan banyak,yaitu saat pergantian tahun ajaran. Sedangkan dukanya ia mengatakan bahwa ia pernah mendapat pelanggan yang emosi, kadang juga ada juga yang tidak suka dengan hasil solnya. Dalam menghadapi cobaannya tersebut ia selalu tawakal dan sabar karena dia percaya Tuhan tidak akan memberi cobaan diatas kemampuan hamba-Nya. Pernah juga ia tertusuk jarum akibat ulahnya yang ceroboh. Alat sol sepatu berjumlah banyak, diantaranya kaki tiga,gunting, pisau,slang,korek,sikat,semir,gorok, dan jarum dalam 3 ukuran, yaitu besar,sedang dan kecil. Berkali-kali tertusuk jarum tak membuat Sawaludin patah semangat, ia tetap bekerja keras demi keluarganya. Dan ia pun tak pernah berfikiran untuk berganti profesi. Sampai saat ini ia merasa senang dengan pekerjaannya itu walaupun terkadang merasa susah. Ia selalu teringat pada prinsip pekerjaannya yang sering disingkat 3P (Payu ra Payu Peken), kata-kata itulah yang menggugah semangatnya ketika keterpurukan menimpanya.

F.      KESIMPULAN
Kita harus menggapai keinginan dengan kerja keras dan diiringi dengan do’a, serta ikhlas menerima apa yang ditakdirkan. Rela berkorban demi kebahagiaan orangtua, karena melihat orangtua bahagia adalah hal yang paling indah.


Kebumen, 15 Februari 2012 
Tim Pewawancara,


1.      Kurniawan Andre C                        _____________
2.      Maritha Kusuma Wardani                                                 _____________
3.      Nur Agni Maharjanti                       _____________
4.      Trissa Atinia Y                                                                      _____________

No comments: