Wednesday, 6 April 2016

Majas alias Gaya Bahasa

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan. Di samping itu, masih menurut KBBI, gaya bahasa didefinisikan sebagai 1) pemenfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis; 2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; 3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; dan 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Berikut adalah majas-majas yang ditemukan oleh siswa kelas XI MIA A 2014/2015 dalam rangka tugas Bahasa Indonesia. 


1.            Majas Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan.
Contoh : 
§  Ikut berpartisipasi.
§  Maju ke depan.
§  Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
2.             Majas Repetisi adalah majas yang menggunakan perulangan kata-kata sebagai penegasan. Majas Repetisi bisa juga majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali. Majas Repetisi juga majas yang perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Contoh :
§  Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa kita.
§  Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku.
§  Dia lah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
3.             Paralelisme adalah majas yang mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait di dalam penulisan puisi.
Contoh:
§  Kau berkertas putih
Kau bertinta hitam
Kau beratus halaman
Kau bersampul rapi
§  Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban
4.             Majas Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dangan mempergunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti. 
§  Saya khawatir dan was-was akan keselamatannya.
§  Dik, saya sayang dan cinta kamu.
§  Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan.
5.             Majas Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
§  Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
§  Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

Majas Eksklamasi adalah majas yang menggunakan kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh:
§  Wah, hebat sekali permainan itu.
§  Aduhai, cantik sekali anak itu!
6.             Klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat yang mengandung beberapa pikiran/gagasan dan disusun secara berurutan dari yang sederhana meningkat kepada hal yang rumit, dari hal yang kurang penting kepada yang paling penting.
Contoh:
§  Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia agar siswa memperoleh keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
§  Mempelajari suatu ilmu pengetahuan berarti menghafal, mengerti dan menguasai.
§  Bukan hanya beratus, beribu, bahkan berjuta orang yang telah menderita akibat peperangan itu.
§  Dari kecil, remaja, dewasa, sampai setua ini kau belajar tapi tak pandai-pandai?
Kontradiksi adalah gaya bahasa yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
Contoh :
§  Semua sudah siap kecuali Ani. 
§  Kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tak ada suara menggema di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar di sana.
7.             Antiklimaks merupakan gaya bahasa kebalikan dari klimaks. Dalam gaya bahasa antiklimaks, susunan ungkapannya disusun makin lama makin menurun (dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting).
Contoh :
§  Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya semuanya tak ada yang luput dari penyakit turunan itu.
§  Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk semuanya mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu.
§  Jangankan seratus rupiah, sesenpun aku tak punya.
§  Bukan hanya kepala sekolah dan guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid pun ikut menyumbang semampu mereka.
8.             Asindeton adalah suatu majas pengungkapan frasa, klausa, kalimat, atau wacana tanpa kata sambung (konjungsi). Fungsinya antara lain adalah untuk mempercepat ritme suatu unsur bahasa serta membuat suatu ide atau konsep lebih mudah diingat.
Contoh:
§  Presiden berjalan diiringi oleh para menteri, pejabat, alim ulama, tokoh masyarakat.
§  Dan kesesakan, kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
§  Kepala sekolah, guru, pegawai TU, siswa wajib menikuti upacara bendera.
§  Sakit, susah, menderita, merana sudah merupakan kodrat manusia.
9.             Polisidenton adalah majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal, atau keadaan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh:
§  Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
§  Mereka telah mengumpulkan dahan-dahan kayu, lalu diikatnya serta dibawanya, kemudian dijual ke pasar.
10.         Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah. 
Contoh:
§  Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
§  Siapakah yang tidak ingin hidup?
§  Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan?
§  Siapakah disini yang tidak lapar?
11.         Majas Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat.
 Contoh :
§  Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
§  Jini dan Juni telah lahir > Telah lahir, Jini dan Juni
12.         Koreksi atau Koreksio
Dalam berbicara atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian kita memperbaiki atau mengoreksinya kembali. Gaya bahasa yang seperti ini bisa disebut koreksio. Dengan perkataan lain, koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.
Contoh:
§  Dia besar-besar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
§  Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh ribu rupiah.
§  Dia adikku! Eh, bukan, dia kakakku!
§  Gedung Sate berada di Kota Jakarta. Eh, bukan, Gedung Sate berada di Kota Bandung.
§  Sudah setengah abad kita merdeka, eh bukan, 60 tahun malah, nah selama itu, kemajuan apa sajakah yang sudah kita capai?
§  Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!
13.         Interupsi 
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
Contoh : Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi.
14.         Preterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan/merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.

Contoh:
§  Kehiruk-pikukan masyarakat Yogyakarta dalam menyambut gerhana matahari total yang langka ini tidak usah saya ceritakan lagi.
§  Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tau siapa penyebab kegaduhan itu.
§  Jangan kamu beritahukan kepada siapa-siapa bahwa saya tadi menyontek.
15.         Elipsis Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : 
§  Kami ke rumah nenek. (penghilangan predikat pergi)
§  Aku kerja.
§  Dia dan ibunya ke Tasikmalaya.
§  Mari berangkat!
16.         Majas enumerasio yaitu majas gaya bahasa penegasan yang melukiskan atau menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa agar seluruh maksud di dalam kalimat tersebut menjadi lebih lugas dan jelas
Contoh:
Angin semilir perlahan, langit biru terlihat ringan, lazuardi cerah nilakandi, bulan pun bersinar kembali, sedang aku, cuma duduk sambil melamun. Memikirkan jantung hati, yang entah ke mana tak tahu rimbanya.Korban meninggal saat itu juga, motonya hancur lebur, darah menganak sungai, mengalir ke mana-mana.
Majas okupasi merupakan majas pertentangan atau berlawanan yang mengandung bantahan namun bantahan tersebut kemudian diberi penjelasan
Contoh :
Candu itu dapat merusak kehidupan, oleh karena itu, pemerintah mengawasi dengan ketat, untuk pecandunya sendiri, umumnya tidak dapat menghentikan kebiasaan yang tidak baik tersebut.
17.         Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contoh:
§  Si jago merah sudah melahap bangunan ini sejak 2 jam lalu
§  Raja Siang keluar dari ufuk timur
§  Pemuda adalah tulang punggung negara.
18.         Personifikasi adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati.  
Contoh
§  Angin membelai wajah Rani yang sedang tertidur pulas di bale-bale.
§  Matahari sedang cemberut, karena itu langit mendung tidak ceria.
§  Hujan memeluk mereka yang sedang bersedih dan menyembunyikan air mata di pipi mereka melalui tetesnya yang syahdu.
§  Jalanan menggila dan menyodorkan mereka penat, terutama di jam-jam macet yang menggila.
§  Bulan menjanjikan keteduhan hati bagi mereka yang sedang mencinta.
§  Mobil begitu ribut dan berebut jalan terutama di jam pulang kantor.
§  Televisi menyajikan sarapan berita setiap harinya, baik itu berita buruk maupun baik.
§  Bunga sakura menggelitik mataku dengan warna mereka yang cerah dan hangat.
§  Tanah merindukan setiap manusia, saat kita hidup kita menginjakknya, tetapi kelak kita akan lebur di dalamnya.
§  Ada banyak puisi yang memeluk mereka yang sedang patah hati.
§  Lirik lagu itu menembak ulu hatiku.
§  Badai berjalan-jalan di tanah yang datar dan membuat semuanya berantakan, porak-poranda!
19.         Litotes adalah kebalikan dari hiperbola. Gaya bahasa litotes adalah salah satu jenis gaya bahasa yang berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja disederhanakan, dikecil-kecilkan, atau dikurangi, yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Hal itu dilakukan dengan maksud merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri.
Contoh
§  Terimalah pemberian kami yang tidak berharga ini.
§  Kalau Bapak berkenan mampirlah ke gubuk kami.
§  Kedudukan saya sebagai ketua MPR tidak ada artinya sama sekali.
§  Maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
20.         Majas Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.
Contoh:
§  Segar sekali tenggorokan ini setelah minum segelas aqua (maksudnya air mineral aqua)
§  Di kantongnya selalu terselip gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
§  Setiap pagi Ayah selalu meminum kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
§  Ayah membeli sebatang Djarum Coklat. (maksudnya rokok djarum coklat)
§  Kakak pergi naik Kijang hijau. (maksudnya mobil kijang)
21.         Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
§  Ia terkenal sebagai buaya darat.
§  Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
§  Keduanya hanya cinta monyet
22.         Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.
Contoh:
§  Pramuwisma bukan pekerjaan hina. (pembantu rumah tangga)
§  Orang itu telah berubah akal. (gila)
§  Ia telah pergi mendahului kita. (meninggal)
§  Putera Bapak memang agak ketinggalan. (kurang pintar)
§  Bolehkah saya ke belakang sebentar? (toilet)
§  Banyak penduduk di negara itu kekurangan makan. (kelaparan)
§  Ah, kamu memang tunarungu. (tuli)
§  Karena tidak disiplin, pegawai itu diistirahatkan. (dipecat)
§  Pejabat itu dibebastugaskan karena kesalahannya. (dipecat)
23.         Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Contoh kalimat:
§  Suara keras menggelegar membelah bumi.
§  Perasaanku teriris-iris mendengar kisahnya.
§  Darahnya mengalir menganak sungai.
§  Rania berlari secepat kilat demi menghindari keterlambatan ke sekolah, hari ini ada ulangan kelas, ia harus bergegas!
24.         Majas Alusio/Alusi adalah majas perbandingan yang merujuk secara tidak langsung seorang tokoh atau peristiwa pada karya sastra. Majas ini juga disebut majas kilatan.
Contoh :
§  Apakah peristiwa Madiun akan terjdi lagi? (kilatan mengacu pada pemberontakan kaum komunis)
§  Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
25.         Majas Sinekdoke
a.    Pars pro toto adalah majas yang menyebutkan sebagian kecil dari sesuatu untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh :
§  tangan-tangan terampil merekalah yang menciptakan rangkaian bunga yang canti ini.
§  hari ini saya belum melihat batang hidung Andi, entah kemana ia pergi.
§  sebagai seorang sales barang-barang elektronik, ia memilih penjualan dengan gaya pintu ke pintu.
b.    Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian hal saja.
contoh :
§  -masyarakat Indonesia gemar bermain bulutangkis
§  -budi yang budiman itu memang idola pemuda
§  -perempuan korea memang cantik dan rupawan.
26.         Majas Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksudkan
Contoh : Seharian dia berkubur dalam kamarnya


27.         Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
§  Semangatnya keras bagaikan baja.
§  Mukanya pucat bagai mayat.
§  Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama
28.         Majas Antonomasio adalah majas yang mengungkapkan seseorang sesuai dengan ciri/sifatnya_
contoh:
§  Sssss, lihat! Si Cerewet datang! Kalian tidak perlu bertanya macam-macam, biar Si Gendut saja yang menghadapinya.
§  Kemarin saya lihat Si Kacamata hitam itu keluar bersama-sama dengan Si Kribo dan Si Laba, bener tidak?
29.         Alegori adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, istri sebagai juru mudi.
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
30.         Majas Perifrasa adalah majas yang berupa pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek. Frasa atau kata yang digantikan tersebut dapat berupa nama tempat, nama benda, atau nama sifat.
Contoh:
§  Ia bersekolah di kota kembang (maksudnya: Bandung).
§  Indonesia pernah dijajah oleh negeri matahari terbit (maksudnya: Jepang).
31.         Ironi yaitu gaya bahasa berupa sindiran yang menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta.
Contoh:
§  Suaramu merdu seperti kaset kusut.
§  Kelas ini rapi sekali seperti kapal pecah.
32.         Majas Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung
Contoh:
§  Sudahlah, aku bosan mendengar ocehanmu.
§  Kalau kau tak mau diam aku patahkan batang lehermu.
§  Aku bisa gila berlama-lama di sini.
§  Jangan menyanyi lagi, suaramu merusak dunia.
§  Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu.
33.         Majas sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.  Majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini memiliki karakter menggunakan kata kasar secara eksplisit, dan bukannya melalui sindiran, untuk melukai perasaan
Contoh:
§  Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
§  Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!
§  Aku muak melihat wajahmu.
§  Masuk saja kamu ke neraka.


No comments: