1. Majas
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada
yang diperlukan.
Contoh :
§
Ikut berpartisipasi.
§
Maju ke depan.
§
Semua siswa yang di atas agar segera turun ke
bawah.
2.
Majas
Repetisi adalah majas yang menggunakan perulangan kata-kata sebagai penegasan. Majas Repetisi
bisa juga majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau
beberapa kata berkali-kali. Majas Repetisi juga majas yang perulangan bunyi,
suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan
dalam sebuah konteks yang sesuai.
Contoh :
§
Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita
sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa kita.
§
Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku.
§
Dia lah yang kutunggu, dialah yang kunanti,
dialah yang kuharap.
3.
Paralelisme
adalah majas yang mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait
di dalam penulisan puisi.
Contoh:
§
Kau berkertas putih
Kau bertinta hitam
Kau beratus halaman
Kau bersampul rapi
§
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban
4.
Majas
Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dangan
mempergunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas
arti.
§
Saya
khawatir dan was-was akan keselamatannya.
§
Dik, saya sayang dan cinta kamu.
§
Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya
harapkan.
5.
Majas
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan
artinya.
Contoh:
§
Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival
itu.
§
Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata
Tuhan.
Majas Eksklamasi
adalah majas yang menggunakan kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh:
§
Wah,
hebat sekali permainan itu.
§
Aduhai, cantik sekali anak itu!
6.
Klimaks
adalah gaya bahasa berupa kalimat yang mengandung beberapa pikiran/gagasan dan
disusun secara berurutan dari yang sederhana meningkat kepada hal yang rumit,
dari hal yang kurang penting kepada yang paling penting.
Contoh:
§
Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia agar
siswa memperoleh keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
§
Mempelajari suatu ilmu pengetahuan berarti
menghafal, mengerti dan menguasai.
§
Bukan hanya beratus, beribu, bahkan berjuta
orang yang telah menderita akibat peperangan itu.
§
Dari kecil, remaja, dewasa, sampai setua ini kau
belajar tapi tak pandai-pandai?
Kontradiksi adalah gaya bahasa yang
bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
Contoh :
§
Semua sudah siap kecuali Ani.
§
Kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tak ada
suara menggema di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar di
sana.
7.
Antiklimaks merupakan
gaya bahasa kebalikan dari klimaks. Dalam gaya bahasa antiklimaks, susunan
ungkapannya disusun makin lama makin menurun (dari yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting).
Contoh :
§
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya
semuanya tak ada yang luput dari penyakit turunan itu.
§
Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk
semuanya mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan
itu.
§
Jangankan seratus rupiah, sesenpun aku tak
punya.
§
Bukan hanya kepala sekolah dan guru yang
mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid pun ikut menyumbang
semampu mereka.
8.
Asindeton adalah
suatu majas pengungkapan frasa, klausa, kalimat, atau wacana tanpa kata
sambung (konjungsi). Fungsinya antara lain adalah untuk
mempercepat ritme suatu unsur bahasa serta membuat suatu
ide atau konsep lebih mudah diingat.
Contoh:
§
Presiden berjalan diiringi oleh para menteri,
pejabat, alim ulama, tokoh masyarakat.
§
Dan kesesakan, kesedihan, kesakitan, seribu
derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
§
Kepala sekolah, guru, pegawai TU, siswa wajib
menikuti upacara bendera.
§
Sakit, susah, menderita, merana sudah merupakan
kodrat manusia.
9.
Polisidenton
adalah majas yang menyebutkan beberapa benda, orang, hal, atau keadaan secara
berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh:
§
Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai,
akibatnya dia marah-marah.
§
Mereka telah mengumpulkan dahan-dahan kayu, lalu
diikatnya serta dibawanya, kemudian dijual ke pasar.
10.
Retorik
Retorik adalah
majas yang berupa kalimat tanya namun tak
memerlukan jawaban. Tujuannya
memberikan penegasan, sindiran, atau
menggugah.
Contoh:
§
Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan
sekolah formal saja?
§
Siapakah yang tidak ingin hidup?
§
Apakah ini orang yang selama ini kamu
bangga-banggakan?
§
Siapakah disini yang tidak lapar?
11.
Majas
Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat.
Contoh :
§
Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu,
aku dan dia
§
Jini dan Juni telah lahir > Telah lahir, Jini
dan Juni
12.
Koreksi
atau Koreksio
Dalam berbicara
atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian kita
memperbaiki atau mengoreksinya kembali. Gaya bahasa yang seperti ini bisa
disebut koreksio. Dengan perkataan lain, koreksio atau epanortosis adalah gaya
bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.
Contoh:
§
Dia besar-besar mencintai Neng Tetty, eh bukan,
Neng Terry.
§
Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta,
tidak, tidak, tujuh ribu rupiah.
§
Dia adikku! Eh, bukan, dia kakakku!
§
Gedung Sate berada di Kota Jakarta. Eh, bukan,
Gedung Sate berada di Kota Bandung.
§
Sudah setengah abad kita merdeka, eh bukan, 60
tahun malah, nah selama itu, kemajuan apa sajakah yang sudah kita capai?
§
Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!
13.
Interupsi
Gaya bahasa
penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di
tengah-tengah kalimat.
Contoh : Saya, kalau bukan karena terpaksa,
tak mau bertemu dengan dia lagi.
14.
Preterito adalah majas penegasan yang
melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan/merahasiakan
sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang
disembunyikan itu.
Contoh:
§
Kehiruk-pikukan masyarakat Yogyakarta dalam
menyambut gerhana matahari total yang langka ini tidak usah saya ceritakan
lagi.
§
Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tau
siapa penyebab kegaduhan itu.
§
Jangan kamu beritahukan kepada siapa-siapa bahwa
saya tadi menyontek.
15.
Elipsis Adalah
gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah
dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh :
§
Kami ke rumah nenek. (penghilangan predikat
pergi)
§
Aku kerja.
§
Dia dan ibunya ke Tasikmalaya.
§
Mari berangkat!
16.
Majas
enumerasio yaitu majas gaya bahasa penegasan yang melukiskan atau
menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa agar seluruh maksud di dalam
kalimat tersebut menjadi lebih lugas dan jelas
Contoh:
Angin semilir
perlahan, langit biru terlihat ringan, lazuardi cerah nilakandi, bulan pun
bersinar kembali, sedang aku, cuma duduk sambil melamun. Memikirkan jantung hati, yang entah ke mana tak
tahu rimbanya.Korban meninggal saat itu juga, motonya hancur lebur, darah
menganak sungai, mengalir ke mana-mana.
Majas okupasi merupakan majas
pertentangan atau berlawanan yang mengandung bantahan namun bantahan tersebut
kemudian diberi penjelasan
Contoh :
Candu itu dapat
merusak kehidupan, oleh karena itu, pemerintah mengawasi dengan ketat, untuk
pecandunya sendiri, umumnya tidak dapat menghentikan kebiasaan yang tidak baik
tersebut.
17.
Metafora
adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan
analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Contoh:
§ Si
jago merah sudah melahap bangunan ini sejak 2 jam lalu
§ Raja
Siang keluar dari ufuk timur
§
Pemuda adalah tulang punggung negara.
18.
Personifikasi
adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati.
Contoh:
§
Angin membelai wajah Rani yang sedang tertidur
pulas di bale-bale.
§
Matahari sedang cemberut, karena itu langit
mendung tidak ceria.
§
Hujan memeluk mereka yang sedang bersedih dan
menyembunyikan air mata di pipi mereka melalui tetesnya yang syahdu.
§
Jalanan menggila dan menyodorkan mereka penat,
terutama di jam-jam macet yang menggila.
§
Bulan menjanjikan keteduhan hati bagi mereka
yang sedang mencinta.
§
Mobil begitu ribut dan berebut jalan terutama di
jam pulang kantor.
§
Televisi menyajikan sarapan berita setiap
harinya, baik itu berita buruk maupun baik.
§
Bunga sakura menggelitik mataku dengan warna
mereka yang cerah dan hangat.
§
Tanah merindukan setiap manusia, saat kita hidup
kita menginjakknya, tetapi kelak kita akan lebur di dalamnya.
§
Ada banyak puisi yang memeluk mereka yang sedang
patah hati.
§
Lirik lagu itu menembak ulu hatiku.
§
Badai berjalan-jalan di tanah yang datar dan
membuat semuanya berantakan, porak-poranda!
19.
Litotes
adalah kebalikan dari hiperbola. Gaya bahasa litotes adalah salah satu jenis
gaya bahasa yang berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja disederhanakan,
dikecil-kecilkan, atau dikurangi, yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Hal
itu dilakukan dengan maksud merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri.
Contoh
§
Terimalah pemberian kami yang tidak berharga
ini.
§
Kalau Bapak berkenan mampirlah ke gubuk kami.
§
Kedudukan saya sebagai ketua MPR tidak ada
artinya sama sekali.
§
Maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar
air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
20.
Majas
Metonimia adalah majas
yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah
benda untuk menggantikan benda tersebut.
Contoh:
§
Segar sekali tenggorokan ini setelah minum
segelas aqua (maksudnya air mineral aqua)
§
Di kantongnya selalu terselip gudang garam. (maksudnya
rokok gudang garam)
§
Setiap pagi Ayah selalu meminum kapal api.
(maksudnya kopi kapal api)
§
Ayah membeli sebatang Djarum Coklat.
(maksudnya rokok djarum coklat)
§
Kakak pergi naik Kijang hijau. (maksudnya
mobil kijang)
21.
Simbolik
adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau
tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
§
Ia terkenal sebagai buaya darat.
§
Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
§
Keduanya hanya cinta monyet
22.
Eufemisme
adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan
kasar.
Contoh:
§
Pramuwisma bukan pekerjaan hina. (pembantu rumah
tangga)
§
Orang itu telah berubah akal. (gila)
§
Ia telah pergi mendahului kita. (meninggal)
§
Putera Bapak memang agak ketinggalan. (kurang pintar)
§
Bolehkah saya ke belakang sebentar? (toilet)
§
Banyak penduduk di negara itu kekurangan makan.
(kelaparan)
§
Ah, kamu memang tunarungu. (tuli)
§
Karena tidak disiplin, pegawai itu
diistirahatkan. (dipecat)
§
Pejabat itu dibebastugaskan karena kesalahannya.
(dipecat)
23.
Majas
Hiperbola adalah gaya
bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Contoh
kalimat:
§
Suara keras menggelegar membelah bumi.
§
Perasaanku teriris-iris mendengar kisahnya.
§
Darahnya mengalir menganak sungai.
§
Rania berlari secepat kilat demi menghindari
keterlambatan ke sekolah, hari ini ada ulangan kelas, ia harus bergegas!
24.
Majas
Alusio/Alusi adalah majas perbandingan yang merujuk secara tidak langsung
seorang tokoh atau peristiwa pada karya sastra. Majas ini juga disebut majas
kilatan.
Contoh :
§
Apakah peristiwa Madiun akan terjdi lagi?
(kilatan mengacu pada pemberontakan kaum komunis)
§
Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa
Bandung Selatan.
25.
Majas Sinekdoke
a. Pars pro toto adalah majas yang menyebutkan sebagian kecil
dari sesuatu untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh :
§
tangan-tangan terampil merekalah yang
menciptakan rangkaian bunga yang canti ini.
§
hari ini saya belum melihat batang hidung Andi,
entah kemana ia pergi.
§
sebagai
seorang sales barang-barang elektronik, ia memilih penjualan dengan gaya pintu
ke pintu.
b. Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan
untuk menyatakan sebagian hal saja.
contoh :
§
-masyarakat Indonesia gemar bermain bulutangkis
§
-budi yang budiman itu memang idola pemuda
§
-perempuan korea memang cantik dan rupawan.
26.
Majas
Tropen adalah majas yang melukiskan
sesuatu dengan mempergunakan kata yang tepat dan sejajar artinya dengan
pengertian yang dimaksudkan
Contoh : Seharian dia berkubur dalam kamarnya
27.
Asosiasi
atau Perumpamaan
Majas asosiasi
atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai,
bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
§
Semangatnya keras bagaikan baja.
§
Mukanya pucat bagai mayat.
§
Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama
28.
Majas
Antonomasio adalah majas
yang mengungkapkan seseorang sesuai dengan ciri/sifatnya_
contoh:
§ Sssss,
lihat! Si Cerewet datang! Kalian tidak
perlu bertanya macam-macam, biar Si Gendut saja yang menghadapinya.
§ Kemarin
saya lihat Si Kacamata hitam itu keluar bersama-sama dengan Si Kribo dan Si
Laba, bener tidak?
29.
Alegori
adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, istri sebagai juru mudi.
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan
simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup
manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
30.
Majas
Perifrasa adalah majas
yang berupa pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih
pendek. Frasa atau kata yang digantikan tersebut dapat berupa nama tempat, nama
benda, atau nama sifat.
Contoh:
§ Ia bersekolah di kota kembang
(maksudnya: Bandung).
§
Indonesia pernah dijajah oleh negeri matahari
terbit (maksudnya: Jepang).
31.
Ironi yaitu gaya bahasa
berupa sindiran yang menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta.
Contoh:
§
Suaramu merdu seperti kaset kusut.
§
Kelas ini rapi sekali seperti kapal pecah.
32.
Majas
Sinisme adalah majas yang menyatakan
sindiran secara langsung
Contoh:
§
Sudahlah, aku bosan mendengar ocehanmu.
§
Kalau kau tak mau diam aku patahkan batang
lehermu.
§
Aku bisa gila berlama-lama di sini.
§
Jangan menyanyi lagi, suaramu merusak dunia.
§
Perkataanmu
tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar
sepertimu.
33.
Majas sarkasme adalah majas sindiran yang paling
kasar. Majas ini biasanya
diucapkan oleh orang yang sedang marah. Majas yang dimaksudkan
untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa
penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan
menggunakan kata-kata kasar. Majas ini memiliki karakter menggunakan kata kasar
secara eksplisit, dan bukannya melalui sindiran, untuk melukai perasaan
Contoh:
§
Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
§
Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak
becus!
§
Aku muak melihat wajahmu.
§
Masuk saja kamu ke neraka.
No comments:
Post a Comment