Pasukan XI MIA D 2014/2015 beserta Pembimbing Akademik mereka |
BIOSKOP
Erik Apriyanti (13)
Siti Nur Sa’adah (28)
Hari Minggu, Adah dan Erik pergi ke
bioskop. Mereka hendak menonton film di sana. Sesampainya di depan loket, Adah
dan Erik saling bernegosiasi untuk menentukan film apa yang akan mereka tonton.
1.
Erik : “Adah, kita nonton film ini aja, yuk!”
2.
Adah : “Yang mana, Rik?”
3.
Erik : “Ini yang judulnya Ketika Cinta Bertasbih”
4.
Adah : “Jangan, kalau yang ini aku sudah pernah
nonton”
5.
Erik : “Yah, padahal aku belum pernah nonton”
6.
Adah : “Nonton film horror yang ini aja yuk, Rik?”
7.
Erik : “Film horror? Jangan Dah, aku takut kalo
nonton film horror”
8.
Adah : “Yah, padahal ini kayaknya bagus lho”
9.
Erik : “Dah, mending kita nonton ini aja”
10.
Adah : “Jangan Rik, itu kan film luar negeri, aku
nggak mudeng kalo pake
bahasa
Inggris”
11.
Erik : “Ya sudah, gini aja, kita nonton film
yang judulnya 5 Elang aja. Film ini
kan
baru tayang, terus harganya juga terjangkau, gimana Dah?”
12.
Adah : “Ya, kalo ini aku setuju”
Akhirnya, keputusan terakhir jatuh
pada film yang berjudul 5 Elang. Kemudian
mereka membayar tiket film di loket, dan beberapa saat kemudian mereka masuk ke
dalam gedung bioskop untuk menyaksikan film tersebut.
Makan
Siang
Il’am Trikauniyah (16)
Widyadwi Metta Adya Irani (30)
Ketika bell tanda masuk berbunyi, Widya yang baru
saja masuk ke kelas, langsung duduk di sebelah Il’am dan menawarkan makanan
yang baru saja dibelinya. Beberapa saat setelah menikmati makanannya, Widya
terpikir untuk mengajak Il’am membeli makan siang sepulang sekolah.
1. Widya : Lam,
nanti pulang sekolah makan dulu yuk?
2. Ilam : Emm,
gimana ya?
3. Widya : Kenapa?
Kamu ada acara?
4. Ilam : Aku
mau fotocopy tugas dari Bu Tri Lestari. Ada banyak banget.
5. Widya : Lama
nggak?
6. Ilam : Nggak.
Paling cuma setengah jam.
7. Widya : Yahh,
keburu kelaparan.
8. Ilam : Ya
sudah, nanti aku fotocopy dulu sebelum makan. Kamu
tunggu
di kelas ya.
9. Widya : Oke. Jangan
lama-lama ya. Fotocopy-nya ditinggal dulu aja.
Daripada kamu nunggu
setengah jam di sana.
10. Ilam : Iya deh. Terus,
kita mau makan apa?
11. Widya : Bakso aja.
12. Ilam : Jangaaaan. Mending
gado-gado.
13. Widya : Gado-gado di situ
kan mahal.
14. Ilam : Tapi kan enak.
Udah, gado-gado aja.
15. Widya : Uangku nggak cukup
kalau beli gado-gado.
16. Ilam : Kalau batagor
atau empek-empek, gimana?
17. Widya : Nggak ngenyangiiin.
18. Ilam : Ya udah deh,
gado-gado aja!
19. Widya : Kamu tambahi uangku,
ya?
20. Ilam : Iya deh, tapi
besok ganti.
21. Widya : Siap.
Tugas atau Remidi
Aprilia Nur I (04)
Devy Wahyumimhtyas S (10)
April akhir-akhir ini sering
meninggalkan pelajaran karena organisasi yang diikutinya. Tidak heran apabila
nilai April menurun dan banyak yang di bawah batas tuntas. April juga menyadari
dan dia harus bertanya kepada gurunya mengenai kelanjutan nilai April. Selesai
jam pelajaran, April menemui gurunya.
1. April
: Permisi
Bu, ada tiga nilai saya yang di bawah batas tuntas. Lalu
apa yang
harus saya lakukan Bu?
2. Bu
Guru : Ya kamu harus remidi.
3. April : Remidinya bisa dilakukan di luar jam
pelajaran tidak Bu?
4. Bu
Guru : Aduh, saya hanya bisa saat jam
pelajaran. Karena di luar jam
pelajaran
saya punya pekerjaan lain.
5. April : Tapi nanti saya jadi ketinggalan
pelajaran Bu.
6. Bu Guru : Iya, memang itu resikonya remidi. Bagaimana kalau saya beri
tugas
saja?
7. April :
Kalau
tugas boleh dikerjakan dirumah Bu?
8. Bu Guru :
Boleh.
Jadi, mau pilih tugas atau remidi?
9. April :
Tugas
saja Bu. Biar saya tetap bisa mengikuti pelajaran.
10. Bu Guru :
Baiklah. Kalau begitu besok ambil tugasnya di
meja saya ya?
11. April : Baik Bu. Terima kasih Bu.
12. Bu Guru : Iya
sama-sama.
Akhirnya April mengganti nilainya yang masih di bawah KKM dengan tugas yang diberikan bu guru.
Pesan Nasi Kotak Ala Pak Gilang
Alan Ertanto (01)
Gilang Pamungkas (15)
Selasa, 4 November 2014
pak Alan sedang mempersiapkan segala keperluan untuk acara tasyakuran anaknya
termasuk keperluan konsumsi untuk makanan para tamunya. Pak Alan pergi ke
catering Pak Gilang dan disana terjadi dialog antara keduanya.
1.
Pak Alan : Selamat
pagi pak ?
2.
Pak Gilang : Selamat
pagi pak ada yang bisa saya bantu?
3.
Pak Alan : Iya
pak, saya kemari ingin memesan nasi kotak untuk acara tasyakuran
anak saya pak.
4.
Pak Gilang : Oh
iya bisa pak, untuk nasi kotaknya yang biasa atau yang
spesial?
5.
Pak Alan : Yang
biasa saja pak
6.
Pak Gilang : Baik
pak, kira-kira berapa banyak nasi kotak yang bapak pesan?
7.
Pak Alan : Saya
pesan 200 nasi kotak saja pak. Oh ya saya hampir lupa,
acara tasyakuran
saya akan dilaksanakan pada sabtu besok pak,
bagaimana
sanggup tidak pak?
8.
Pak Gilang : Baik
pak saya akan berusaha sebaik mungkin.
9.
Pak Alan : Pak
kalau untuk budget kira-kira berapa harganya ?
10. Pak Gilang : Untuk harga kami memasang harga Rp. 7000,00 per
box. Jadi
kalau bapak
pesan 200 kotak berarti sekitar Rp.1.400.000,00 pak.
11. Pak Alan : Wah, ternyata sampai segitu ya pak ? apa tidak
bisa kurang lagi
pak? Kan
saya pesan banyak pak?
12. Pak Gilang : Aduh bagaimana ya pak namanya juga bisnis makanan
bahan bakunya saja sudah mahal.
13. Pak Alan : Aduh beneran pak tidak bisa kurang dari itu?
14. Pak Gilang : Yaa, paling tidak saja turunkan harganya
menjadi Rp.6.500,00
per kotak
pak?
15. Pak Alan : Jadi kira-kira saya harus bayar berapa pak?
16. Pak Gilang : Sekitar Rp. 1.300.000,00 pak?
17. Pak Alan : Apa tidak bisa dijadikan Rp.6.000,00 per box
pak?
18. Pak Gilang : Sebenarnya bisa tetapi porsi per boxnya akan
dikurangi dan kam tidak ingin kualitas kami
turun begitu pak.
19. Pak Alan : Ya sudah kalau begitu saya bayar Rp.
1.300.000,00 pak
20. Pak Gilang : Baik kalau begitu.
21. Pak Alan : Oh iya pak, kalau untuk pembayarannya bagaimana
?
22. Pak Gilang : Balau untuk pembayarannya nanti saja pak kalau
makanannya sudah kami antar
ke tempat.
23. Pak Alan : Baik kalau begitu, saya pamit dulu pak. Terima
kasih
24. Pak Gilang : Sama-sama.
KEMELUT DI RUMAH MAKAN
Astri Rahmawati (06)
Nato Alamsyah (23)
Suatu hari Nato pergi makan
siang disebuah rumah makan dengan keadaan terburu-buru. Ketika Nato sudah selesai
dengan makan siangnya dan hendak membayar, ternyata uang tunai yang dibawanya
tidak cukup untuk membayar apa yang sudah dia makan.
1.
Nato : “Permisi, bu.”
2.
Penjual : “Iya, silahkan. Ada yang bisa saya
bantu?”
3.
Nato : “Saya tadi pesan satu porsi
makan dan satu gelas es teh, bu.
Berapa
semuanya?”
4.
Penjual : “Satu porsi makan dan satu gelas es
teh berarti semuanya jadi
Rp 15.000,“
5.
Nato : (membuka dompet dan mengambil
uang) “Aduh! Kok kurang?
Perasaan tadi bawa uang lebih.” (sambil berbisik)
6.
Penjual : “Ada apa, Pak?”
7.
Nato : “Anu, bu. Sepertinya uang saya
kurang. Kira-kira saya bisa
tidak membayar
kesini nanti sore?”
8.
Penjual : (bingung) “Wah, bagaimana ya pak?
Saya belum bisa percaya
dengan bapak,
nanti kalau bapak tidak kembali lagi bagaimana?”
9.
Nato : “Tapi ini memang saya tidak
membawa uang lebih bu,
bagaimana? Ini
ada ATM bu, tapi sekarang memang saya sedang buru-buru. Atau begini saja bu,
saya mengambil uang di ATM sekarang saja, lalu saya kembali kesini lagi setelah
mengambil uang.”
10. Penjual :
“Itu sama saja pak, saya belum bisa percaya dengan bapak.”
11. Nato :
“Aduh bu, saya sekarang sedang buru-buru. Saya janji saya
akan kembali
lagi untuk melunasi biaya makan siang saya nanti.”
12. Penjual :
“Begini saja pak, bapak boleh kembali lagi melunasinya nanti.
Tetapi sekarang
bapak harus meninggalkan jaminan disini. Supaya saya percaya.“
13. Nato :
“Tapi saya tidak membawa apa-apa, bu.”
14. Penjual :
“Bagaimana kalau Hp bapak menjadi jaminannya?”
15. Nato :
“Wah tidak bisa bu. HP ini sedang saya butuhkan.”
16. Penjual :
“Baiklah. Bapak bisa meninggalkan kartu tanda pengenal
bapak disini
sebagai jaminan.”
17. Neto :
“KTP saya, bu?” (mengambil KTP)
18. Penjual :
“Iya pak. Bapak bisa mengambilnya kembali setelah melunasi
biaya makan
bapak.”
19. Nato :
“Baik bu, saya akan meninggalkan KTP ini sebagai jaminan.
Saya akan
mengambilnya setelah saya selesai dengan urusan saya. Bagaimana, bu?”
(memberikan KTP)
20. Penjual :
“Baik, pak.” (menerima KTP)
21. Nato :
“Terimakasih, bu. Saya permisi dulu.”
22. Penjual :
“Iya pak, sama-sama. Silahkan.”
Akhirnya Nato pun pergi.
BELI PULSA
DIBAYAR BESOK
Laila
Nutfatun Ni’mah (18)
Lina
Kamelia (19)
Disuatu
ruang kelas yang gelap, terdapat dua
siswi yang bertemu. Diantara mereka, terjadilah sebuah percakapan. Mereka
berdua adalah siswi dari kelas yang sama, yaitu XI MIA D. Lala, dengan tas
sekolah di gendongannya akan pergi ke suatu tempat. Kemudian, Lina yang berdiri
sambil merapikan bukunya, menyapa Lala.
1.
Lina :
“Hai, Lala. Mau pergi kemana ?”
2.
Lala :
“Mmm, mau ke kopsis beli pulsa.” (dengan nada bingung)
3.
Lina :
“Kopsisnya tutup. Aku baru aja kesana. Kalau kamu mau, aku juga
jual
pulsa kok.”
4.
Lala :
“Oh iya, aku beli dong. Rp 10.000 ya ke
nomerku.”
5.
Lina :
“Sebentar, berapa nomernya ?”
6.
Lala :
“085123456789. Tapi aku bayar Senin, ya ?”
7.
Lina :
“Wah kelamaan, nih. Nanti aku nggak bisa beli saldo lagi.”
8.
Lala :
“Halah, cuma Rp 10.000 kok. Harganya masih Rp 11.000 kan ?”
9.
Lina :
“Aduh, harga pulsa naik, La. Sekarang Rp 12.000, apalagi nomermu
itu
termasuk kategori mahal.”
10. Lala : “Mahal banget, di kopsis aja masih
Rp 11.000. Kasihan lah aku anak
kos.”
11. Lina : “Yaudah, aku kasih harganya jadi Rp
11.500 gimana ? Lagian aku juga
udah
beri kamu waktu buat bayar Senin.”
12. Lala : “Turunin lagi, 500 rupiah nanggung
tuh.”
13. Lina : “Aku nanti nggak dapet untung dong,
La.”
14. Lala : “Yaudah deh, Rp 11.500 lho ya. Aku
bayar besok Senin, oke ? Eh udah
masuk
nih.”
15. Lina : “Iya jangan lupa ya Senin. Dari tadi
kali masuknya.”
16. Lala : “Hahaha, udah aku buru-buru nih mau
pulang kampung. Makasih
ya,
dadaah.” (sambil melambaikan tangan)
17. Lina : “Sama-sama. Hati-hati, Laaa !”
Akhirnya,
suatu kesepakatan diantara keduanya tercapai. Lala meninggalkan ruang kelas,
sedangkan Lina masih di ruang kelas membereskan buku-bukunya.
Berdua
atau Sendiri
Kholiila Urbaningrum (17)
Ning Naela Amalia (24)
Setelah
menunggu cuku lama di sebuah halte, akhirnya seorang ibu bersama anak
perempuannya yang berumur lima tahun meberhentikan sebuah angkutan umum yang
mereka tunggu. Mereka pun masuk ke dalam angkutan umum itu. Ibu itu pun memilih
kursi yang bersebelahan untuk di dudukinya bersama anaknya.
1.
Kernet : “Bu, bayar ongkos!”
(menyodorkan tangan)
2.
Ibu : “Berapa, Mas?”
3.
Kernet : “10 ribu.”
4.
Ibu : “Lho, kok mahal sekali?” (mengerutkan
dahi)
5.
Kernet : “Ibu kan berdua dengan anak ibu, anak
ibu juga kan duduk sendiri.”
6.
Ibu : “Ya nggak begitu juga, Mas.”
7.
Kernet : “Ya sudah dipangku saja anaknya agar
tidak bayar dua kali lipat
bagaimana?”
8.
Ibu : “Tapi dia berat,
itu tidak mungkin.”
9.
Kernet : “Ya
sudah, begini saja, dia duduk sendiri, tapi tetap bayar 10 ribu.”
10. Ibu : “Gimana kalau
bayar setengahnya saja, dia kan masih kecil.”
11. Kernet : “Dinaikkan sedikit dong, Bu! Jadi tiga ribu.”
12. Ibu : “Lho, kan masih 5 tahun, Mas.”
13. Kernet : “Ya sudah, begini
saja totalnya jadi tujuh ribu lima ratus ya, Bu.”
14. Ibu : “Baiklah.” (mengeluarkan uang dari
dompet)
ArbaRobbani (05)
Miftakhul
Amin (21)
Ketika Mata PelajaranEkonomi, XI MIA D mendapatkan tugas
berupa presentasi menggunkan Powerpoint. Kebetulan
Arba dan Mif duduk satu meja sehingga mereka berdua menjadi satu kelompok.
Setelah pulang sekolah, mereka berdua saling bernegosiasi pembagian tugas agar
cepat selesai. Materi yang mereka buat adalah Pelaku Ekonomi Indonesia.
1. Arba : Ngomong-ngomong,
kitakan satu kelompok Ekonomi,
Bagaimana jika kita mengerjakan sekarang saja?
2. Mif : Ayo.
Di Perpus Atas ya!
3.
Arba :
Ayo.
Sesampainya di Perpus Atas.
4. Arba : Kamu
yang mencari BUMN, BUMD, dan BUMS sementara aku yang
mencari tentang Koperasi.
Bagaimana?
5. Mif : Tidak
bisa, Ba. Itu tidak seimbang namanya. Koperasikan hanya
Seperdelapannya seluruh materi .
Apalagi wifi di sini tidak selalu
terhubung.
6. Arba : Ya
sudah. Aku materi BUMD dan Koperasi. Bagaimana?
7. Mif : Belum
bisa juga, Ba. Menurut pengkajianku materi seluruhnya ada
delapan bagian, BUMN dua bagian,
BUMD satu bagian, BUMS empat
bagian, dan Koperasisa tubagian.
Jadi, kita membagi menjadi dua
sama rata. Kamu BUMN, BUMD, dan Koperasi
sementara aku BUMS.
Bagaimana jika seluruh gambar materi
kamu yang mencari?
8. Arba : Jangan!
Dibagi saja seperti tadi! Sama rata!
9. Mif : Tidak
bisa, Ba! Ini situasinya tidak mendukung.
10. Arba : Kenapa
tidak kamu saja dengan laptopmu itu?
11. Mif : Tidak
bisa juga, Ba! Wifi disini tidak tersambung internet. Aku juga
tidak punya paket internet dengan
HP ini. Jadi, nanti kamu yang
mencari gambar lalu aku yang
merangkai Powerpoint. Dalam
situasi seperti ini, lebih adil bukan?
12. Arba : Baiklah.
Kita sepakat. Aku BUMN, BUMD, Koperasi dan gambar-
Gambar materi sementara kamu BUMS
serta membuatPowerpoint.
13. Mif : Sepakat.
Akhirnya, mereka berdua memperoleh kesepakatan dan mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing.
MEMBELI JAKET
Tantri Kurnia Y. (29)
Zelyn Damayanti
(32)
1.
Pembeli : (Berjalan di sekitar toko)
2.
Penjual : Cinta…mampir sini. Ada baju bagus
loh!
3.
Pembeli : (melihat-lihat sambil memasuki toko)
4.
Penjual : Nah gitu dong. Mau cari baju apa, cinta?
5.
Pembeli : Nggak, saya mau cari jaket.
6.
Penjual : Oh jaket, kalau begitu ada di
bagian belakang toko. Mari ikut
saya?
7.
Pembeli : (mengikuti penjual)
8.
Penjual : (memperlihatkan beberapa jaket)
Yang ini cocok loh untuk
cinta.
9.
Pembeli : (mengambil jaket tersebut)
10. Penjual : Bahannya halus,
nyaman kalau dipakai. Warnanya juga bagus.
11. Pembeli : Harganya berapa?
12. Penjual : Untuk cinta
yang cantik ini, saya kasih 80 deh.
13. Pembeli : Nggak 65 aja?
14. Penjual : Gini ya cinta,
jaket itu kalau di toko lain harganya bisa sampai
100 loh. Disini itu udah yang paling murah,
cinta.
15. Pembeli : Yaudah 70,
gimana?
16. Penjual : Kalau segitu,
saya nggak dapet untung dong cinta. Tambah
lima ribu deh.
17. Pembeli : (meninggalkan
toko)
18. Penjual : (mengejar
pembeli) Yaudah deh, untuk cinta yang cantik ini
saya kasih 70.
19. Pembeli : Nah gitu dong.
20. Penjual : (membungkus
jaket) Mau cari apa lagi?
21. Pembeli : Nggak. Terima
Kasih.
22. Penjual : Sama-sama.
Besok-besok, balik kesini lagi ya, cinta?
23.
INFAQ MASJID
Fuad Zainul Umam (14)
Muhammad Khoeruddin (22)
Suatu
hari, setelah rapat pembangunan masjid ada perwakilan warga yang kurang setuju
dengan keputusan panitia pembangunan masjid. Panitia menghendaki supaya iuran
pembangunan masjid disamaratakan untuk setiap kepala keluarga. Akan tetapi,
tidak semua kepala keluarga di desa itu berpenghasilan tinggi. Hal ini yang
menyebabkan perwakilan warga untuk bertemu dan menyampaikan pendapatnya kepada
panitia pembangunan masjid.
1
|
PPM
|
: “Selamat siang pak. Silahkan duduk.”
|
2
|
PW
|
: “Selamat siang pak. Ya pak, terima kasih.”
|
3
|
PPM
|
: “Bagaimana dengan hasil rapat yang tadi?”
|
4
|
PW
|
: “Saya kurang setuju dengan keputusan anda. Di desa
kita kan tidak semuanya orang
“punya”. Jadi, anda harus berfikir bahwa iuran itu ada perbedaan. Menurutt kami iuran tersebut
terlalu tinggi.”
|
5
|
PPM
|
: “Baiknya bagaimana?”
|
6
|
PW
|
: “Kalo pendapat saya iuran tersebut dibagi menjadi 3
golongan, yang golongan pertama sebesar 3 juta, golongan kedua
1,5 juta, dan golongan
ketiga 500 ribu rupiah. Pendataan terserah bapak”
|
7
|
PPM
|
: “Menurut saya semua warga diberi angket dan
langsung mengisi sesuai golongan.”
|
8
|
PW
|
: “Sistematika terserah bapak. Yang penting nasib warga
kecil diperhatikan.”
|
9
|
PPM
|
: “Baik pak. Besok saya akan membagikan angket
kepada warga.”
|
10
|
PW
|
: “Ya sudah. Terima kasih.”
|
11
|
PPM
|
: “Sama-sama pak.”
|
*PPM : Panitia Pembangunan Masjid
*PW : Perwakilan Warga
MEMBELI
LAPTOP
Makhfudz Ali (20)
Rifqi Al Usman (27)
Di
siang hari yang cerah dengan banyak awan yang tersebar di langit. Seorang
pemuda sedang mencari laptop, dan sedang bernegosiasi dengan penjual.
1. Penjual : “Selamat datang, silahkan duduk.”
2. Pembeli : “Terima kasih.”
3. Penjual
: “Ada yang bisa saya bantu?”
4. Pembeli
: “Saya ingin beli laptop.”
5. Penjual
: “Kira-kira kisaran harga
berapa?”
6. Pembeli : “Harganya sekitar 4 juta-6 juta,
tetapi dengan spesifikasi yang bagus”
7. Penjual
: “Disini ada 3 laptop dengan
harga yang seperti bapak minta dan dengan spesifikasi yang bagus”
8. Pembeli : “Oh, begitu. Boleh saya lihat
laptopnya”
9. Penjual : “Iya pak, tunggu sebentar.”
Penjual
laptop mengambil beberapa laptop seperti yang diinginkan pembeli.
10. Penjual : “Ini pak, ada laptop Samsul, Acel, Acus.”
11. Pembeli : “Harganya yang Samsul, Acel, Acus
berapa?”
12. Penjual : “Yang Samsul harganya 4,5 juta,
yang Acel harganya 5 juta, dan yang Acus harganya 5,4 juta”
13. Pembeli : “Saya mau yang Acus tapi dengan harga
5 juta”
14. Pembeli : “Belum bisa pak, Harganya yang Acus
5,4 juta. Paling bisa kurang
maksimal Rp. 200.000”
15. Pembeli : “Masa tidak bisa kurang pak, saya kan
sering beli laptop disini”
16. Penjual : “Begini saja pak, 5,3 juta sudah
ada bonus flashdisk 8GB ”
17. Pembeli : “Bonusnya tambah mouse, bagaiman
pak?"
18. Penjual : “Ya sudah, nanti saya buatkan nota.
Oh ya pak, laptopnya garansinya 2 tahun plus bisa
tambah aplikasi selama 2 bulan”
19. Pembeli : “Masa Cuma 2 bulan mas, 6 bulan bisa
tidak?”
20. Penjual : “Ya sudah pak, 6 bulan bebas
install aplikasi”
21. Pembeli : “Ini mas uangnya”
22. Penjual : “Ya, terima kasih”
23. Pembeli : “Iya, sama-sama”
Lalu pembeli laptop pergi
meninggalkan toko laptop dengan membawa laptop impiannya.
Jual
Beli HP
Alfian Nur Hidayat (02)
Bimo Teguh Prasetyanto (07)
Suatu sore, ketika
toko HP hampir tutup. Datanglah seorang pembeli terakhir.
1.
Pembeli :“Selamat
sore Mas.”
2.
Penjual :”Selamat
sore, nyari apa Mas?”
3.
Pembeli :”Nyari
HP Mas, yang kameranya bagus.”
4.
Penjual :”Ada
Mas, mau merk yang apa? Ada Samsul, Noxia, terus ada HP
baru namanya HP
Ngopo Mas.”
5.
Pembeli :”Yang
kameranya paling bagus apa Mas?”
6.
Penjual :”Ini
HP Ngopo Mas, Kameranya bagus, 10 Mp, harganya 6 jutaan.”
7.
Pembeli :”Mahal
banget Mas, kalo 3 jutaan gimana?”
8.
Penjual :”Kalo
mau yang lebih murah ini ada Samsul, tapi kameranya Cuma
6Mp. Harganya 4
jutaan.”
9.
Pembeli :”Yang
kameranya lebih bagus, tapi harganya murah ada ngga Mas?”
10. Penjual :”Ada, HP Noxia, kameranya 7.5 Mp harganya
3 jutaan. Tapi, ngga bisa
buat Internetan
Mas.”
11. Pembeli :”Lha, kok ngga bisa internetan Mas?”
12. Penjual :”Namanya juga HP murah Mas.”
13. Pembeli :”Kalo gitu sama aja mahal Mas.”
14. Penjual :”Mau yang second ngga Mas?”
15. Pembeli :”Ya ya boleh, tapi yang kameranya bagus
ya Mas.”
16. Penjual :”Ini ada yang Ngopo, Kameranya 10 Mp,
tapi ya second. Harganya 4
jutaan.”
17. Pembeli :”Wah, ya mahal itu Mas, gimana kalo 2.5
juta aja?”
18. Penjual :”Kalo segitu ya saya ngga dapet untung
Mas, 3 juta aja.”
19. Pembeli :”Ya udah, 3 juta. Tapi sama pulsa 50
ribu ya.”
20. Penjual :”Ya kalo sama Mas, boleh lah.”
21. Pembeli :”Waduh, saya ngga bawa uang Mas.”
22. Penjual :”Ya udah, itu motor tinggal dulu.”
23. Pembeli :”Wah jangan Mas, nanti saya pulangnya
gimana? Gimana kalo jam?”
24. Penjual :”Ngga bisa Mas.” (menggelengkan kepala)
25. Pembeli :”Tambah sepatu gimana Mas?”
26. Penjual :”Masih ngga bisa Mas.” (menggelengkan
kepala)
27. Pembeli :”Gimana kalo pake ini Mas?” (menunjukkan
kartu kredit)
28. Penjual :”Oh ya boleh boleh, kenapa ngga bilang
dari tadi?”
29. Pembeli :”Hehehe.” (membayar dengan kartu kredit)
30. Penjual :”Terimakasih ya Mas.”
31. Pembeli :”Sama-sama Mas, selamat sore.”
32. Penjual :”Selamat sore.”
Pembeli
pun pulang dengan senang. Dengan membawa HP baru walaupun second.
TESSI
YANG MAHAL
Alif
Maskur (03)
Dimas
Rezki Al kafi (11)
Suatu
hari ada seorang manajer dari klub sepak bola Alif FC datang kerumah Tessi.Kemudian
Tessi mempersilahkan duduk manajer itu.
1. Manajer : ”Selamat
pagiTessi.”
2. Tessi : ”Selamat
pagi,Pak.”
3. Manajer : ”Perkenalkan
saya Maskur,manajer dari Alif FC.”
4. Tessi : ”Oh
ya salam kenal.Ada keperluan apa ya?”
5. Manajer : ”Begini,klub
saya kebetulan sedang membutuhkan pemain depan
yang
memiliki postur, kecepatan, dan
kelincahan.Jadi,saya
bermaksud
mengajak Anda untuk bermain di klub saya.Saya berani
menggaji tinggi Anda jika Anda mau bergabung.”
6.
Tessi : ”Oh
begitu.Memangnya Anda akan menggaji saya berapa perbulan
dan
pertahunnya?”
7.
Manajer : ”Saya akan menggaji Anda 10 juta
perbulan dan 200 juta pertahun.”
8.
Tessi : ”Kalau segitu masih kurang,karena tidak
sebanding dengan
kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
bermain saya, apalagi jarak
klub bapak yang jauh dari rumah saya.”
9.
Manajer : ”Oh
tenang saja, semua fasilitas untuk bermain bola sudah kami
tanggung. Jadi, gaji tersebut bersih.”
10. Tessi : ”Oh begitu, tapi
jangan terlalu berharap saya dapat bergabung
dengan klub Anda. Karena masih ada klub lain
yang berani
menggaji saya dengan harga yang lebih tinggi.”
11. Manajer : ”Baiklah,
saya akan naikkan menjadi 12 juta perbulan dan 220 juta
pertahun
ditambah uang panjer supaya Anda tidak hengkang
bagaimana?”
12. Tessi : ”Tetap
tidak bisa dan saya harus berpikir dua kali untuk menerima
tawaran
bapak yang belum sebanding dengan skill saya. Jika gaji
saya
naik menjadi 18 juta perbulan dan 280 juta pertahun, saya akan
menerima
tawaran bapak dengan senang hati dan saya juga akan
bermain dengan sungguh-sungguh.”
13. Manajer : ”Tapi
itu menurut saya terlalu mahal, sedangkan Anda belum bisa
menjamin
untuk bermain bagus dan konsisten.”
14. Tessi : ”Saya
berani jamin dan saya akan terus berusaha semaksimal
mungkin
untuk kebaikan klub bapak ini.”
15. Manajer : ”Baiklah,saya
naikkan menjadi 20 juta perbulan dan 280 juta
pertahun dangan syarat kami tidak memenuhi
fasilitas bermain
Anda,bagaimana?”
16. Tessi : ”Oke saya
setuju,Pak.”
17. Manajer : ”Baiklah,sekarang
Anda tanda tangani dulu kontra kini.Besok
datang ke stadion untuk cek kesehatan.Setelahnya
Anda sudah
diperbolehkan berlatih dengan klub kami.”
18. Tessi : ”Baiklah,terimakasih
Pak.”
19. Manajer : ”Ya
sama-sama.Saya pulang dulu.Jangan lupa besok dating ya.”
20. Tessi : ”Oke,siap.Saya pasti
datang.Hati-hati di jalan Pak.”
21. Manajer : ”Iya.”
Manajer
kemudian pergi meninggalkan rumah Tessi dengan perasaan yang puas,karena
keinginan untuk mendapatkan pemain seperti Tessi bias terwujud.
BALI VS LOMBOK
Nugraheni
Kiswatun N. (25)
Devi
Ratna Nindita
1.
Siswa : (Mengetuk Pintu)
Assalamu’alaikum.
2.
Waka
Kesiswaan : Wa’alaikumsalam, silakan
masuk, Mba. Ada apa ya,
Mba?
3.
Siswa : Terimakasih Bu. Begini
Bu, saya perwakilan dari teman-teman
Kelas XI
ingin menyampaikan hasil rapat studytour
kemarin.
Dari hasil
rapat studytour, kami sepakat
untuk memilih
Lombok
sebagai tempat tujuan wisata. Bagaimana menurut
Ibu?
4.
Waka
Kesiswaan : Jadi begini Mba, saya dan
guru-guru yang lain lebih setuju
apabila
Bali sebagai tempat tujuan wisatanya.
5.
Siswa : Kenapa Bu?
6.
Waka
Kesiswaan : Bali tempatnya lebih dekat
daripada Lombok, sehingga biaya
yang
dikeluarkan nantinya akan lebih terjangkau.
7.
Siswa : Tapi kalau Bali sudah
sering dikunjungi, Bu. Kami, kelas XI
ingin
mendapat pengalaman baru. Tempat wisata yang ada di
Lombok
juga tidak kalah menariknya dengan yang ada di Bali.
8.
Waka
Kesiswaan : Saya rasa masih banyak
diantara kalian yang belum pernah
ke
Bali. Memang tempat wisata yang ada di Lombok tidak
kalah Menariknya dengan yang ada
di Bali, tapi kebudayaan
Bali
lebih kuat daripada Lombok. Studytour
ini tidak hanya
sekedar kunjungan wisata saja, Mba,
tapi pihak sekolah juga
ingin
agar kalian semua
paham tentang kebudayaan Bali yang
mampu
mengangkat nama Indonesia di mata dunia.
9.
Siswa : Kalau begitu, bagaimana
kalau studytour kali ini objek wisata
yang dikunjungi ada 2, yaitu Bali
dan Lombok. Saat di Bali
nanti,
khusus digunakan
untuk memperdalam
kebudayaan
yang
ada disana. Sedangkan,
saat di Lombok khusus
digunakan untuk menikmati wisata alam
yang ada di Lombok.
10. Waka Kesiswaan : Itu jelas akan menambah biaya, Mba. Sudah
begini saja, besok
kami, pihak sekolah akan
mengadakan rapat dengan wali
murid
untuk membahas studytour. Jadi keputusannya
ada
pada
orangtua kalian.
11. Siswa : Tapi tolong, Bu. Tujuan wisata ke Lombok dipertimbangkan
kembali.
Kami akan meminta kepada orangtua kami masing
masing
agar mau menanggung besarnya biaya yang akan
dikeluarkan
nantinya.
12. Waka Kesiswaan : Keputusan ada di orangtua kalian. Saya
hanya akan
menyampaikan
bahwa kalian lebih berminat ke Lombok
daripada
ke Bali.
13.
Siswa : Baik, Bu. Terimakasih.
Boleh saya keluar?
14.
Waka
Kesiswaan : Iya sama-sama. Oh iya
silakan keluar.
15.
Siswa : Terimakasih Bu.
Assalamu’alaikum.
16.
Waka
Kesiswaan : Wa’alaikumsalam.
Mau
Liburan ke Mana?
Churotul
Ismi (08)
Nur Hidayah (26)
Libur
awal tahun akan segera tiba. Komunitas Hookie Kedu akan mengadakan tour
tahunan. Hari ini salah seorang dari Komunitas Hookie Kedu mengunjungi agen
travel. Tujuan pertemuan ini untuk bernegosiasi kegiatan tour mereka.
1.
Wakil komunitas : “Selamat pagi, Bu!”
2.
Jasa travel : “Pagi, silakan duduk. Ada yang bisa saya
bantu?”
3.
Wakil komunitas : “Begini, Bu. Sesuai program dari Komunitas Hookie Kedu,
kami akan
mengadakan tour tahunan. Dari kami ada
beberapa
pilihan kota tujuan, yaitu Pantai Ora, Raja Ampat,
dan
Bunaken. Mohon dijelaskan biaya dari masing-masing
kota
tujuan tersebut.”
4.
Jasa travel : “Ooh begitu.... Tadi pilihannya apa saja, Mba?
5.
Wakil komunitas : “Pantai Ora, Raja Ampat,
sama Bunaken.”
6.
Jasa travel :
“Sebentar saya carikan datanya
dulu.” (sambil membolak-
balikkan halaman
buku)
7.
Jasa travel : (Menemukan selembar kertas) “Untuk ketiga
tempat
tujuan
tersebut, kami menyediakan paket yang berbeda.
Untuk
Bunaken paket Rp 1.500.000,00, Raja Ampat
Rp 1.700.000,00,
sedangkan untuk Pantai Ora
Rp
1.900.000,00. Bagaimana, Mba?”
8.
Wakil komunitas : “Fasilitas
yang akan kami dapatkan apa saja, Bu?”
9.
Jasa travel :
“Fasilitas yang didapatkan
hampir sama. Ada jasa
transportasi
yang nyaman, konsumsi, serta tempat
penginapan
yang pastinya sangat nyaman.”
10. Wakil
komunitas : “Bukannya Pantai Ora paling dekat, Bu? Kenapa harganya
paling
mahal, Bu?”
11. Jasa
travel : “Ooh.... Seperti yang kita tahu,
Pantai Ora kan saat ini
sedang
trend di kalangan wisatawan domestik maupun
mancanegara.
Disana suasananya masih asri, pantainya
indah, dan
yang membuat mahal karena lokasinya yang
masih
cukup sulit untuk dijangkau.”
12. Wakil
komunitas : “Emm.... Sebenarnya kami bermiant ke Pantai Ora, Bu. Tapi
harga
segitu masih bisa ditawar tidak, Bu?
13. Jasa
travel : “Bagaimana ya? Sebenarnya biasanya
harga yang kami
tetapkan
sudah harga pas. Biasanya kami tidak melayani
nego.
Tapi, karena Anda sudah menjadi member kami
selama
bertahun-tahun, ya boleh lah.”
14. Wakil
komunitas : “Bagaimana kalau Rp 1.600.000,00, Bu?”
15. Jasa
travel : “Ya belum boleh, Mba! Transort sama
penginapannya saja
mahal.
Paling kami hanya bisa sampai Rp 1.800.000,00.”
16. Wakil
komunitas : “Jangan Rp 1.800.000,00 lah, Bu! Kami langganan, Bu.
Bagaimana
kalau Rp 1.700.000,00?”
17. Jasa
travel : “Belum boleh, Mba. Jujur saja, sebagai
perusahaan jasa
Kami juga
menginginkan keuntungan. Harga yang kami
tetapkan
pun sudah kami perhitungkan dengan maksimal.”
18. Wakil
komunitas : “Kami juga ingin meminimalisasikan biaya untuk tour kali
ini, Bu.
Bagaimana kalau Rp 1.750.000,00, Bu? Kami masih
mau
menyetujui untuk menggunakan jasa travel ini jika
harganya
sekian. Tetapi kalau lebih, kami tidak bisa
memastikan,
Bu.”
19. Jasa
travel : “Bagaimana ya? Pesertanya berapa
sih?”
20. Wakil
komunitas : “Kebetulan tahun ini kami akan mengadakan tour besar
besaran.
Pesertanya 50 orang, Bu.”
21. Jasa
travel : “Lima puluh? Ya.... Ya.... Ya sudah, boleh deh
Rp
1.750.000,00.”
22. Wakil
komunitas : “Deal?” (Sambil menjabat tangan ibu penjual jasa travel)
23. Jasa
travel : “Deal!” (Menjabat tangan wakil komunitas)
24. Wakil
komunitas : “Terima kasih, Bu! Selamat pagi!”
25. Jasa travel : “Sama-sama. Selamat pagi.”
25. Jasa travel : “Sama-sama. Selamat pagi.”
PKL
VS Satpol PP
Dwian Ciptanto (12)
Yusuf Gigih Pramuji (31)
Pagi hari yang cerah, mentari
bersinar dengan teriknya, burung bernyanyi menambah sejuk suasana hari itu. Di ruangan seorang perwakilan PKL
dan perwakilan SatPolPP sedang menegosiasikan suatu hal.
PKL : Assalamualaikum, selamat pagi.
Satpol : Wangalaikumsalam, selamat
pagi.
PKL : Perkenalkan saya Ciptanto, wakil dari para
PKL.
Satpol : Ya, perkenalkan juga nama
saya Pramuji, mari pak silakan duduk.
PKL : Langsung saja pak, kedatangan saya kemari meminta
tanggung jawab tentang pemindahan
tempat bagi para PKL.
Satpol : Tanggung jawab?, Bukannya
kami sudah menyediakan tempat baru untuk berdagang bagi para
PKL.
PKL : Benar bapak sudah menyediakan tempat baru
untuk berdagang, namun tempat yang baru tidak
seperti
dulu.
Satpol : Maksud tempatnya tidak
seperti yang dulu itu bagaimana?
PKL : Tempat yang sekarang tidak seramai seperti
dulu, tempat yang sepi berpengaruh terhadapa
pendapatan
para PKL. Pendapatan para PKL setiap harinya terus berkurang.
Satpol : Apakah kejadian ini menimpa
seluruh PKL?
PKL : Iya pak, seluruh PKL mengalami hal yang sama,
maka kami juga meminta pertanggungjawaban
bapak.
Satpol : Jadi masalahnyya pada kurang
ramainya tempat berdagang?
PKL : Iya benar sekali, pak coba para PKL
dikembalikan ke tempat yang dulu atau tempat yang lebih
ramai.
Satpol : Tidak bisa pak, Pemda sudah
menyetujui tempat yang baru itu.
PKL : Lalu bagaimana nasib para PKL?, apakah mereka
harus berganti pekerjaan atau menganngur
saja?
Satpol : Tidak juga pak, baiklah kami
akan mengusahakan tempat itu menjadi ramai.
PKL : Dengan cara apa pak?
Satpol : Dengan cara mengiklankan
tempat itu kepada seluruh masyarakat.
PKL : Media iklan apa pak?, apa PKL perlu membayar
biaya iklan?
Satpol : Radio, koran, atau papan
reklame di jalan raya, tenang pak biaya iklan semua ditanggung pemda.
Kalau
begitu bapak seuju?
PKL : Ya pak saya setuju, terimakasih atas
kerjasamannya pak, Wassalamualaikum.
Satpol : Ya pak sama-sama,
Wangalikumsalam.
Akhirnya
keduanya pun setuju, kini para Pkl dapat berdagang dengan nyaman dan pembeli
juga banyak berdatangan.
Anak-anak ini selalu dapat membuat saya merasa nyaman, hehe. |
No comments:
Post a Comment