Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, (Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013:134). Berikut adalah teks-teks negosiasi karya siswa kelas X SCI SMA Negeri 1 Kebumen.
Sama-Sama Lupa
Ayu Nurul
Istiqomah_01 dan Bijak Pradana Putra_04
Pagi itu, seperti biasa, Ayu berangkat sekolah sesuai jadwal yang telah
disepakati antara jiwa dan raganya agar berangkat tepat waktu. Apa yang terjadi?
Bel sekolah berbunyi tepat pukul 07.00 WIB, tetapi Ayu belum terlihat.
Ayu : “Ah,
akhirnya sampai juga di sekolah.”
Bijak : “Memang kenapa baru sampai?”
Ayu : “Aku bangun kesiangan karena tadi malam
mengerjakan PR Bahasa Indonesia sampai larut”
Bijak : “Apa ada PR Bahasa Indonesia?” sambil terkejut.
Ayu : “Ada, PR untuk menganalisis jenis kalimat berpredikat verba.
Kamu sudah mengerjakannya?”
Bijak : “Astaga,
aku benar-benar lupa.”
Ayu : “Kenapa bisa lupa? Hari ini harus sudah selesai.”
Bijak : “Tadi malam, aku sibuk menyiapkan peralatan
praktikum Biologi. Aku kelelahan seharian mencari jangkrik.”
Ayu : “Oh ya. Kelompokku juga belum ada yang membawa
jangkrik.”
Bijak : “Siapa
yang ditugaskan membawanya?”
Ayu : “Aku sendiri.”
Bijak : “Kamu akan mencari di mana sekarang?”
Ayu : “Belum tahu. Bagaimana kalau aku minta beberapa ekor jangkrik milikmu?”
Bijak : “Enak saja. Aku sudah berjuang seharian mencari si jangkrik-jangkrik ini
hingga melupakan PR Bahasa Indonesiaku.”
Ayu : “Begini saja. Kamu menyalin PR yang telah aku kerjakan, tapi dengan syarat
kamu harus memberikan beberapa jangkrikmu kepadaku”
Bijak : “Bagaimana ya? Sebenarnya aku tidak rela memberikan jangkrik ini kepadamu.”
Ayu : “Kenapa tidak rela. Kamu dapat salinan PRku dan aku mendapat beberapa
jangkrik darimu. Aku juga lelah menyelesaikn PR ini hingga berangkat kesiangan.”
Bijak : “Baiklah. Ini beberapa jangkrik untukmu. Mana
PR mu?”
Ayu : “Ini PRku. Jangan sampai kamu rusak.”
Bijak : “Oke, beres.”
Ayu : “Nanti kembalikan ke mejaku lagi ya!”
Bijak : “Tenang saja.”
Dengan kecepatan tinggi, Bijak menyalin
semua PR milik Ayu dan berharap akan selesai sebelum guru masuk kelas.
Hobi yang Menyenangkan
Esa Shafly
Yudhistira ( 06 )
Yovi
Iswanto Wibowo ( 23 )
Yovi dan Esa adalah teman karib yang
sama – sama memiliki hobi mengoleksi action
figure maupun gundam. Selain itu
mereka juga memiliki hobi bermain games.
Percakapan ini terjadi melalui telepon.
Yovi : “Halo, selamat siang. Ini Yovi. Bisa
bicara dengan Esa?”
Esa : “Halo, selamat siang. Dengan saya
sendiri. Ada apa Yov?”
Yovi : “Begini, kemarin aku baru membeli Gundam terbaru. Kebetulan aku beli dua.
Kamu mau membeli satu?”
Esa : “Hmm,
boleh juga tuh. Memang berapa harganya?”
Yovi : “Rp
200.000. Gimana?”
Esa : “Wah,
aku belum ada uang. Gimana kalau aku
barter dengan DVD game
Monster Girl Quest 3?”
Yovi : “Wah
boleh juga tuh. Kebetulan aku lagi cari game
itu. Tapi
itu DVD Original kan?”
Esa : “Iya dong. Gimana?”
Yovi : “Hmmm. Gimana kalau dibarter dengan DVD game itu plus Rp 50.000?”
Esa : “Ya udah, deal ya?”
Yovi : “Oke.
Kapan bisa ketemuan?”
Esa : “Minggu jam 08.00 WIB di alun – alun
ya?”
Yovi : “Jangan, aku masih di Gereja. Jam 10.00
WIB di Kedai Santai ya? Dekat SMP 1.”
Esa : “Ok.
Tapi nanti aku traktir makan ya?”
Yovi : “Siap,
datang aja besok Minggu ya, aku tunggu. Selamat siang.”
Esa : “Ya, selamat siang.”
Percakapan
selesai, akhirnya Esa dan Yovi menentukan kesepakatan bersama.
PERGI KE KANTIN
(Ilham R_08 Ridho_16)
Suatu hari, saat sedang
istirahat Ilham mengajak Ridho ke kantin. Saat itu Ridho sedang asyik menonton
film di laptopnya.
Ilham : “Dho, ke kantin yuk!”
Ridho :” Nanti dulu. Tunggus sampai filmnya
iklan.”
Ilham : “Lah terlalu lama. Lagian mana ada film di laptop yang ada
iklannya.”
Ridho : ”Ya sana sendiri kalau ingin cepetan.”
Ilham : “Lah, cepetan, lah.”
Ridho : “Ya sudah dengan yang lain saja!”
Ilham : “Aku hanya ingin dengan dirimu.”
Ridho : “Ih
kamu so sweet deh.”
Ilham : “Iya dong.
Apa sih yang tidak buat kamu.”
Ridho : “Tapi traktir Cappucino
ya.”
Ilham : “Oke
deh. Tapi ayo cepat.”
Ridho : “Dengan sate juga ya!”
Ilham : “Lah,
terlalu banyak. Nanti uangku habis.”
Ridho : “Ya sudah tapi laptopnya kubawa sekalian ya.”
Ilham : “Astaghfirullah
(megang dahi Ridho dengan punggung
tangannya). Pantesan sedang
panas.
(lalu tertawa)”
Ridho : “Jadi atau tidak?”
Ilham : “Iya-iya ayo. Kalau di traktir kamu pasti semangat.”
Ridho : “Hehehe.
Kan ada uang kau kusayang, tidak ada uang kau kutendang.”
Ilham : “Ya sudah ayo cepetan!”
Lalu mereka tertawa
terbahak-bahak karena percakapan mereka dan mereka pun bergegas pergi ke
kantin.
*Warning : cerita ini hanya fiksi belaka.
Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, suasana,
dan cerita, mohon dimaafkan. J
Membuat Laporan
Praktikum Fisika
Oleh: Dewi Yasin
dan Siti Ma’shumah
Setelah
praktikum fisika, terdapat kelompok yang sedang mendiskusikan siapa yang akan
membuat laporan praktikum tersebut.
Momo : “Siapa yang akan membuat laporan
praktikum fisika gerak melingkar ini? Kamu
bisa tidak?”
Opi : “Bagaimana kalau kamu saja?
Masalahnya, akhir-akhir ini aku mengerjakan banyak
laporan.”
Momo : “Ya, aku juga banyak kerjaan di
rumah.”
Opi : “Memangnya sebanyak apa sih?”
Momo : “Ya, contohnya mengepel, menyapu, mengerjakan
PR, menyetrika, mencuci baju,
dan masih banyak yang
lainnya. Kamu kan anak laki-laki, jadi pekerjaanmu pasti
lebih ringan.”
Opi : “Ya sih. Tapi aku juga punya kegiatan harian penting.”
Momo : “Contohnya?”
Opi : “Main game, nonton film, baca komik, update
status.”
Momo : “Ye,
kalau itu bukan kegiatan penting namanya.”
Opi : “Tapi itu bagian dari hidupku
tahu.”
Momo : “Ya sudah. Daripada ribut, apa maumu?”
Opi : “Aku tidak mau buat laporannya.
Malas. Terserah mau disuruh apa yang penting
bukan buat laporan! Fix!”
Momo : “Ya! Oke, kalau begitu aku yang
membuat laporan dan bagianmu adalah
mencetaknya. Memakai uangmu
sendiri. Bagaimana? Sip?”
Opi : “Sip lah!”
Akhirnya,
perdebatan berakhir damai dengan keputusan Momo sebagai pembuat laporan dan Opi
sebagai pencetak laporan.
NEGOSIASI TAK BERTOPIK
RESTI WAHYUNI 15/X SCI
WAHYU DWI YULIANI 20/X SCI
Ketika sedang istirahat, dua insane manusia sedang
mengobrol di depan kelas SCI. entah apa yang mereka obrolkan yang jelas tidak
ada satupun topic pembicaraan yang jelas akan tetapi ada satu topic pembicaraan
yang sangat menarik. Drama tragis pertandingan semalam membuat topic
yang satu ini menjadi sangat menarik.
Resti : “
Wahyu, ayo ke kopsis”
Seorang wahyu
yang telah mengetahui kemana topic pembicaraan mereka langsung buang muka.
Wahyu : “Iyalah
iya yang tadi malam habis menang”
Resti : “ Lho kok?”
Wahyu : “Mau
ke depan perpus kan ? Mau membaca koran kan?”
Resti :
“Kok tahu? mungkin korannya
sudah diganti terus kan nanti MU jadi headline yang paling
besar kolomnya. Mungkin
sih!”
Wahyu : “Tidak ah malas”
Karena resti
yang terlalu bersemangat akhirnya resti memaksa Wahyu dengan menarik-narik
tangannya menuju depan perpus
Resti : “Kok bisa ya MU kalah perasaan dulu sering
menang deh”
Wahyu : “Kalau
menurutku sih, faktor pelatih juga berpengaruh. Mungkin davit Moyes kan baru jadi
belum
sepiawai om Ferguson. Terus juga mainnya
kan tidak di Old Trafford kan juga
berpengaruh”
Resti : “Kalau
MU punya Old Trafford, RM juga punya Santiago Bernabeu loh”
Wahyu : “
Lebih bagus Old Trafford sih menurutku”
Resti : “Ya Bernabeu lah
ya”
Wahyu : “Pernah tidak terpikirkan liburan ke Old Trafford?”
Resti : “Mending
ke Bernabeu?”
Wahyu : “Ya mending
ke Old Trafford saja, nanti sekalian ke London, terus ke Big Ben, terus siapa
tahu ketemu Om Fergie, atau ketemu Januzaj”
Resti : “Sudahlah ke Bernabeu saja.Nanti kan kita bisa
bertemu sama Ronaldo terus kali saja papas
an di depan stadion sama Morata”
Wahyu : “Oke bagimana kalo begini saja…besok
kalau kita sudah besar ke old Trafford dulu habis itu
ke Bernabeu..kan satu
daratan tuh.”
Resti : “
Mending ke Bernabeu dulu, baru sehabis itu kita ke Old Trafford
Wahyu :
“Iya boleh sih asal ketika di Bernabeu mintain tanda tangannya Morata”.
Resti :
“cieketahuan
ngefans juga kan sama morata….nanti bersalaman sama Om Fergie juga ya
Ketika
di old Trafford”.
Wahyu : “sip! Oke”
RESTI WAHYUNI 15/X SCI
WAHYU DWI YULIANI 20/X SCI
TOKO BUKU
( Sabila_17 Wisik_21 )
Hari Minggu pagi, Bila dan Candra
mempunyai janji pergi ke toko buku bersama. Sesampainya disana, ternyata mereka
hanya membawa uang Rp. 100.000. Padahal mereka berdua ingin membeli buku
kesukaan mereka masing-masing.
Candra : “Bagaimana
ini? Aku sangat ingin membeli The Chronicles of Audy karya Orizuka. Aku
sudah memimpikannya sejak dulu, ini edisi
terbatas.” (Sambil menunjukan bukunya)
Bila : “Tapi,
aku juga sangat ingin membeli buku Paris karya Kak Prisca. Aku sudah punya
empat
yang lain, jika aku punya ini, lengkaplah
sudah.”
Candra : “Memang
berapa sih harga novel itu?”
Bila : “Harganya
Rp. 55.000. Punyamu?”
Candra : “Sama, harganya
Rp. 55.000 juga. Jadi gimana?”
Bila : “Entahlah, aku
sangat ingin itu.” (Sambil cemberut)
Candra : (Menopang
dagu) “Menurutmu, di toko ini boleh hutang tidak, ya?”
Bila : “Hahaha,
ini adalah toko buku terkenal, mana mungkin boleh hutang.”
Candra : (Menghela
napas) “Hem.. apa tidak ada diskon untuk novel kita?”
Bila :
“Tidak, ini bukan awal tahun atau awal bulan.”
Candra : (Berfikir
sejenak) “Aha! Aku ingat, novel Paris itu, bukankah bulan depan ada diskon? Aku
baca di Fansbase penerbitnya, katanya bulan depan ada event
besar-besaran, selama event
itu mereka mengadakan diskon besar-besaran. Bagaimana jika kamu
membelinya Minggu
depan? Aku janji akan menemanimu.”
Bila : “Sungguh?
Diskonnya di seluruh toko? Ini kan kota kecil.”
Candra : “Sungguh. Sekalipun kota
kecil, toko ini kan sudah punya banyak cabang dan terkenal di
Indonesia.”
Bila : “Ya
sudah, aku setuju. Tapi, kamu harus janji menemaniku.”
Candra : “Iya, aku
janji!”
Bila : “Ya
sudah, ayo kita bayar novelmu.”
Candra : “Ayo!”
Akhirnya,
mereka memutuskan untuk membeli novel The Chronicles of Audy milik Candra. Dan
menunggu saat minggu depan untuk membeli novel Paris kesukaan Bila.
THE END
Kemana?
Hamzah (07), Indriana (09), Shifa (18)
Pada jaman dahulu, di sebuah desa terpencil tinggalah 3
insan yang terlahir untuk bersama. Mereka adalah Muhidin, Maemunah, dan
Makenok. Di tepi jurang yang dalam, mereka bertiga mendiskusikan rencana mereka
untuk berlibur ke kota saat liburan sekolah, meskipun mereka tidak sekolah.
Muhidin : “Dingin.”
(menggosokkan kedua telapak tangan)
Makenok : “Tidak
dingin tahu.”
Maemunah : “Iya
dingin. Kalau tidak percaya, pegang saja tanganku.” (sambil
menyodorkan tangannya)
Makenok : “Oh
iya. Dingin.”
Tiba-tiba Muhidin mengalihkan topik
pembicaraan.
Muhidin : “Liburan ke
kota yuk!
Bosan bermain di jurang terus. Cuacanya
berubah-ubah.”
Maemunah : “Iya yuk. Tapi
kemana?”
Makenok : “Kemana?”
Muhidin : ”Ya ke kota.”
Makenok : “Mau ngapain?”
Muhidin : “Kita
mencari jurang di kota.”
Maemunah : “Di kota tidak ada
jurang din.” ( muka datar )
Muhidin : “Ada tahu.” ( keras kepala )
Makenok : “Kata bu guru di
kota tidak ada jurang.”
Maemunah : “Kamu kan tidak
sekolah nok.”
Makenok : “Hehe, tapi di
kota tidak ada jurang.”
Muhidin : “Ya sudah,
tidak ada jurang di kota.” (mengalah)
Makenok : “Jadi di kota
kita akan liburan ke mana?”
Maemunah : “Kita ke Bandung
saja, di sana ada Candi Prambanan yang
menakjubkan.”
Muhidin : “Setuju, kita
ke Candi Prambanan.”
Makenok : “Bukankah Candi Prambanan
berada di Jawa Tengah? Sedangkan
Bandung ada di Jawa Barat?”
Maemunah : “Tidak! Candi
Prambanan berada di Magelang, aku pernah membacanya
dibuku.”
Makenok : “Magelang itu
terletak di Jawa Tengah nah!”
Muhidin : “Iya, kita
liburan ke Candi Prambanan di Magelang saja, di sana kita bias
belajar
sejarah walaupun kita tidak bersekolah.”
Makenok : “Kenapa kita tidak
menonton bioskop di Jogja?”
Muhidin : “Aku juga ingin
menonton iklan di bioskop, di rumahku tidak ada
televisi.”
Makenok : “Jadi kita akan liburan
ke Magelang atau Jogja?”
Maemunah : “Menurutku,
sebaiknya kita pergi ke Candi Prambanan saja, itu lebih
bermanfaat
daripada menonton iklan di bioskop.”
Makenok : “Tapi kita juga
belum pernah melihat iklan di bioskop, kita juga tidak
pernah
pergi ke Jogja.”
Muhidin : “Tapi nok, aku
lebih hafal daerah Magelang daripada daerah Jogja.”
Maemunah : “Di Magelang juga
ada rumah pamanku yang sudah dijual.”
Makenok : “Di bioskop ada
AC yang dingin.”
Maemunah : “Di jurang lebih
dingin.” ( nada tinggi )
Muhidin : “Aku setuju
dengan Maemunah. Di Candi Prambanan kita memperoleh
banyak
pengetahuan dan lokasinya berdekatan dengan rumah paman
Maemunah
yang telah dijual sedangkan jika kita pergi ke bioskop dan
hanya
untuk menonton iklan itu tidak bermanfaat sama sekali.”
Makenok : “Aku setuju
dengan kalian. Jadi besok pagi kita berlibur ke Candi
Prambanan
ya?”
Maemunah : “Siap!” ( nada senang )
Muhidin : “Di sana ada
jurang?”
Maemunah dan Makenok pergi tanpa menghiraukan
pertanyaan Muhidin.
JADI, TEMANYA APA?
Oleh : Nail Hikam F. dan
Nafi Aula N.
Matahari baru saja menampakkan
dirinya di ufuk timur. Di sebuah sekolah elite
nan megah, murid-murid sudah mulai sibuk dalam dunia dan tugasnya
masing-masing. Di salah satu kelas di sekolah itu, terdapat seorang murid
bernama Nail yang baru masuk kelas. Baru saja melangkah masuk, bel tkamu masuk
pun berbunyi.
Nail : “Selamat pagi, Naf.”
Nafi : “Selamat pagi.”
Nail : “Apa kamu sudah
merencanakan tentang tugas itu?” (Sambil duduk di sampingnya.)
Nafi : “Memangnya tugas apa?”
Nail : “Tentu saja tugas Bahasa
Indonesia.”
Nafi : “Oh. Apakah
tentang membuat teks negosiasi?”
Nail : “Ya.”
Nafi : “Oh, sudah. “
Nail : “Jadi, sebaiknya
temanya apa?”
Nafi : “Aku sudah memikirkannya
tadi malam. Aku rasa tema yang bagus adalah kenaikan gaji.”
Nail : “Bagaimana alur
ceritanya?”
Nafi : “Intinya, terdapat
seorang karyawan yang meminta kenaikan gaji pada bosnya.”
Nail : “Ah, menurut aku itu
terlalu klasik.”
Nafi : “Lalu bagaimana? Aku
tidak memiliki inspirasi yang lain.”
Nail : “Hmm, bagaimana dengan
tema perdagangan?”
Nafi : “Menurut aku itu juga
biasa. Aku tadi melihat kelompok lain sudah ada yang menggunakan
tema itu.”
Nail : “Wah, jadi apa?”
Nafi : “Ahh, bagaimana jika
kita mengambil tema tilangan?”
Nail : “Tidak bisa. Aku tadi
juga melihat kelompok lain sudah memakai tema itu.”
Nafi : “Bagaimana jika kita
sedikit mengambil tema anak remaja?”
Nail : “Oh, ya, jadi alur
ceritanya bagaimana?”
Nafi : “Kita mengambil tema,
misalnya meminta traktiran, mengkopi file,
atau mengerjakan tugas.”
Nail : “Hmm, usul yang bagus.”
Nafi : “Jadi, pilih salah satu
di antaranya.”
Nail : “Ah, aku pikir itu
terlalu sederhana.”
Nafi : “Astaghfirullah, mengapa Kamu selalu menolak usul aku?”
Naıl : “Aku juga tidak tahu. Aku
hanya merasa kurang cocok dengan usul Kamu.”
Nafi : “Baiklah, aku menyerah saja.”
Nail : “Ah, aku tahu.”
Nafi : “Apa?”
Nail : “Karena kita sama-sama bingung tema apa yang cocok, bagaimana jika kita
membuat tema
tentang menentukan tema.”
Nafi : “Baiklah, aku setuju saja, Bagaimana alur ceritanya?”
Nail : “Kita membuat seperti apa yang kita perdebatkan sekarang.”
Nafi : “Baiklah.”
Nail : “Oke. Kita sepakat.”
Baru
saja mereka selesai dengan negosiasi mereka, Pak Rokhiman, guru Matematika,
masuk kelas. Mereka pun mengeluarkan buku mereka. Tiba-tiba si Nail tercengang,
dia belum mengerjakan PR!
Smartphone Baru
( Aziz_02 Azmi_03 )
Suatu siang, Azmi pergi ke
konter untuk mencari Smartphone.
Aziz : Selamat datang,
silahkan duduk.
Azmi : Terima kasih.
Aziz : Ada yang
bisa saya bantu?
Azmi : Saya ingin
beli Smartphone.
Aziz : Ingin Smartphone
merek apa?
Azmi : Yang bagus itu
merek apa ?
Aziz : Begini, kalau
masalah bagus tidaknya itu relatif. Semua merek ada kelebihan dan juga ada
kekurangannya.
Azmi : Oh, begitu.
Aziz : Tetapi sekarang yang paling laris itu Samsung Galaxy Note 3.
Azmi : Saya boleh lihat
yang Samsung Galaxy Note 3?
Aziz : Iya, sebentar
saya ambilkan dahulu.
Azmi : Iya.
Aziz : Ini, silahkan di coba dahulu.
Azmi : Fasilitasnya apa saja ?
Azmi : Ada wifi, bluetooth, RAM 2
GB, Memori Internal 16 Gb, LCD 5” dan
masih banyak lagi.
Azmi : Warnanya ini
hanya hitam saja?
Aziz : Kalau ini ada
warna gold, putih, silver, sama hitam ini.
Azmi : Saya mau lihat
yang silver, soalnya saya suka warna silver.
Aziz : Maaf, yang warna
silver lagi habis stoknya, mungkin besok datangnya.
Azmi : Kalau sekarang
adanya warna apa saja ?
Aziz : Kita punya warna
gold sama hitam.
Azmi : Saya lihat yang gold dulu.
Aziz : Iya, saya
ambilkan dulu.
Azmi : Iya.
Aziz : Ini, silahkan.
Azmi : Hitam sama gold bagus mana?
Aziz : Tergantung
selera, kalau hitam itu sudah biasa, tapi kalau gold itu jarang orang
punya.
Azmi : Saya pilih hitam
saja.
Aziz : Oh iya.
Azmi : Harganya berapa?
Aziz : Kalau yang ini
harganya Rp 7.000.000,00.
Azmi : Tidak ada diskon ?
Aziz : Kebetulan kita lagi ada promo untuk merek Samsung Galaxy Note 3 ada
spesial diskon, jadi harganya tinggal Rp 6.600.000,00.
Azmi : Tidak bisa turun
lagi ?
Aziz : Tidak bisa. Ini
bisa di kredit mas, angsuran 8 X dalam 5 bulan.
Azmi : Rp 6.400.000,00 gimana ?, cash.
Aziz : Di tambahin lagi!
Azmi : Saya tambahin Rp
100.000,00 gimana ?
Aziz : Tetap tidak bisa,
begini saja saya kasih Rp 6.500.000,00, itu sudah turun banyak lho.
Azmi : Gak bisa ditambahin
lagi diskonnya ?
Aziz : Gak bisa, nanti
kalau ditambahin terus bos saya marah, ini bukan punya saya kalau punya saya,
saya kasih segitu.
Azmi : Ya sudah saya
setuju Rp 6.500.000,00.
Aziz : Saya buatkan
notanya dulu.
Azmi : Iya.
Aziz : Ini notanya, silahkan tanda tangan disini. Ini juga ada garansinya 1
tahun, jadi kalau ada masalah dengan Smartphonenya, bawa saja kesini.
Azmi : Oh iya, ini
uangnya.
Aziz : Terima kasih.
Azmi : Sama-sama.
Azmi pun pulang membawa
Smartphone miliknya yang baru
Gara – Gara Game
( Nehe_13 Yoga_22 )
NTC : “Gan, HPmu nganggur
gak?”
YMP : “Nganggur, sih, kenapa?”
NTC : “Aku pinjem buat main
game, ya?”
YMP : “Jangan, aku lagi
nunggu sms masuk.”
NTC : “Asyik, dari pacarmu ya?”
YMP : “Bukan lah, aku belum punya pacar. Aku lagi nunggu Bapakku bales smsku.”
NTC : “Bapakmu suruh cepet ya!”
YMP : “Yaayaa” (sembari menunduk, sambil
bermain HP)
NTC : “Oalah,
kamu lagi main juga toh.”
YMP : “Hehee” (ketawa ringan
sambil bermain terus)
NTC : “Yaudah, 2000 ya.” ( sambil menyodorkan uang ke muka yoga )
YMP : “Astaghfirulloooh, ckckck cuma 2000?”
NTC : “Yaudah, 2500 mau ya?”
YMP : “5000 lahh, gimana?”
NTC : “Yaudah 3000.”
YMP : “4000 ribu lepas Gan.”
NTC : “3500 udah pol,
cuma sejam.”
YMP : “Yaudah.” (sambil
menerima uang dari NTC )
NTC : “Nah, kaya gitu
dari tadi ya.”
(sejam kemudian)
NTC : “Nih HPmu.”
YMP : ”Sip.” (YMP bermain HP lagi, dan melihat NTC yang masih berdiri di
hadapannya)
YMP : “Kamu ngapain disitu?”
NTC : “Uangku mana?”
YMP : “Kok kamu tanya uangmu? Buat apa?”
NTC : “Sini, kan tadi kamu tek pinjemin
uang.”
YMP : “Lho, kok diambil lagi.”
NTC : “Biar impas, kan HPmu tek kembaliin, jadi kamu harus mengembalikan uangku.”
YMP : “Oh ya, itu diatas meja.”
(NTC pun melihat uang yang ada diatas meja, lalu ia mengambil uang
tersebut)
NEGOSIASI UANG DAMAI
(Ray_11 Pratama_14 )
Semua ini berawal ketika
seorang anak muda kelas 1 SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM
sedang mengendarai motor dengan Pdnya. Saat di di pertigaan ternyata ada
cegatan polisi dan anak itu bukannya berhenti tapi malah lari, dan terjadi aksi
kejar – kejaran.
Polisi : “Pengendara motor N 7474 L
tolong menepi!”
Tersangka : “Emoh
lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Tanpa basi
– basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya
Polisi : “Selamat sore, dek.”
Tersangka : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya
pak?”
Polisi : “Lho kok kamu malah tanya?
Anda tadi kebut – kebutan dan nantangin
saya balapan.”
Tersangka : “Lalu bapak mau apa?”
Polisi : “Saya mau nilang adek.”
Tersangka : “Jujur sekali bapak ini.”
Polisi : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Tersangka : “Saya belum punya pak.”
Polisi : “STNKnya ada dimana?”
Tersangka : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Polisi : “Ibunya siapa?”
Tersangka : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?”
Polisi : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Tersangka : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Polisi : “Tapi anda sudah banyak
melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor
tidak lengkap ,mlebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda
jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
Tersangka : “Ya
maaf pak.”
Polisi :
“Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di
Kantor saja?”
Tersangka : “Dikantor saja.”
Polisi : “Tapi motor saya bawa”
Tersangka : “Jangan Pak!”
Polisi : “Kenapa bisa begitu? ”
Tersangka : “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Polisi : “Itu urusan anda, lagian bayar
di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses
yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Tersangka : “apa
iya Pak? Ngibul loe Pak!”
Polisi : “Berani Kamu, dah saya bawa saja
motor anda.”
Tersangka : “hmm..
oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Polisi : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Tersangka : “Itu
mah, maruk namanya pak”
Polisi : “Terus mau berapa? Kalau itu
hanya kisaran umum.”
Tersangka : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Polisi : “Boleh, berani berapa?”
Tersangka : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Polisi : “Belum bisa dek, kalau begitu
saya bawa mtornya.”
Tersangka : “Jangan
dong pak! Ok saya tambahkan
Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Polisi : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Tersangka : “Lho,
jangan begitu dong pak. Itu uang
terakhir saya bulan ini.”
Polisi : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Tersangka : “Jangan
dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya lagi di Kota Magelang”
Polisi : “Ya besok saja diambil”
Tersangka : “Ya jika bapak mau, adanya cuma segitu, kalau enggakbapak
harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”
Polisi : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000
saja”
Tersangka : “Ya terima kasih ya pak”
7 comments:
WKWKWKWK
Hmm, lagi-lagi anonim :|
hahahah... sabar bu... :D
tulisannya bagus bagus. kalau boleh tau, ini gurunya ngajar pk metode apa ya?
makasih infonya...
Keren brooo, lumayan buat tugas bu ngapon hehe
Wah bagus-bagus karyanya, kreatif juga. Lucu apalagi dialog Ridho sama Ilham Hahaha :D
Post a Comment