Thursday, 30 January 2014

Kumpulan Teks Negosiasi Siswa SCI


Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, (Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013:134). Berikut adalah teks-teks negosiasi karya siswa kelas X SCI SMA Negeri 1 Kebumen.

Sama-Sama Lupa
Ayu Nurul Istiqomah_01 dan Bijak Pradana Putra_04

Pagi itu, seperti biasa, Ayu berangkat sekolah sesuai jadwal yang telah disepakati antara jiwa dan raganya agar berangkat tepat waktu. Apa yang terjadi? Bel sekolah berbunyi tepat pukul 07.00 WIB, tetapi Ayu belum terlihat.

Ayu            : “Ah, akhirnya sampai juga di sekolah.”
Bijak           : Memang kenapa baru sampai?
Ayu            :  Aku bangun kesiangan karena tadi malam mengerjakan PR Bahasa Indonesia sampai larut
Bijak           : Apa ada PR Bahasa Indonesia? sambil terkejut.
Ayu            : Ada, PR untuk menganalisis jenis kalimat berpredikat verba. Kamu sudah mengerjakannya?”
Bijak           : “Astaga, aku benar-benar lupa.”
Ayu            : “Kenapa bisa lupa? Hari ini harus sudah selesai.”
Bijak           : “Tadi malam, aku sibuk menyiapkan peralatan praktikum Biologi. Aku kelelahan seharian    mencari jangkrik.”
Ayu            : “Oh ya. Kelompokku juga belum ada yang membawa jangkrik.”
Bijak           : Siapa yang ditugaskan membawanya?
Ayu            : Aku sendiri.
Bijak           : Kamu akan mencari di mana sekarang?
Ayu            : Belum tahu. Bagaimana kalau aku minta beberapa ekor jangkrik milikmu?
Bijak           : Enak saja. Aku sudah berjuang seharian mencari si jangkrik-jangkrik ini hingga melupakan PR Bahasa Indonesiaku.
Ayu            : Begini saja. Kamu menyalin PR yang telah aku kerjakan, tapi dengan syarat kamu harus memberikan beberapa jangkrikmu kepadaku
Bijak           : Bagaimana ya? Sebenarnya aku tidak rela memberikan jangkrik ini kepadamu.
Ayu            : Kenapa tidak rela. Kamu dapat salinan PRku dan aku mendapat beberapa jangkrik darimu. Aku juga lelah menyelesaikn PR ini hingga berangkat kesiangan.”
Bijak           : “Baiklah. Ini beberapa jangkrik untukmu. Mana PR mu?
Ayu            : Ini PRku. Jangan sampai kamu rusak.”
Bijak           : “Oke, beres.”
Ayu            : “Nanti kembalikan ke mejaku lagi ya!”
Bijak           : “Tenang saja.”

Dengan kecepatan tinggi, Bijak menyalin semua PR milik Ayu dan berharap akan selesai sebelum guru masuk kelas.






Hobi yang Menyenangkan
Esa Shafly Yudhistira   ( 06 )
Yovi Iswanto Wibowo  ( 23 )

            Yovi dan Esa adalah teman karib yang sama – sama memiliki hobi mengoleksi action figure maupun gundam. Selain itu mereka juga memiliki hobi bermain games. Percakapan ini terjadi melalui telepon.

Yovi     : “Halo, selamat siang. Ini Yovi. Bisa bicara dengan Esa?”
Esa       : “Halo, selamat siang. Dengan saya sendiri. Ada apa Yov?”
Yovi     : “Begini, kemarin aku baru membeli Gundam terbaru. Kebetulan aku beli dua.
              Kamu mau membeli satu?”  
Esa       : “Hmm, boleh juga tuh. Memang berapa harganya?”
Yovi     : “Rp 200.000. Gimana?”
Esa       : “Wah, aku belum ada uang. Gimana kalau aku barter dengan DVD game
 Monster Girl Quest 3?”
Yovi     : “Wah boleh juga tuh. Kebetulan aku lagi cari game itu. Tapi itu DVD Original kan?”
Esa       : “Iya dong. Gimana?”
Yovi     : “Hmmm. Gimana kalau dibarter dengan DVD game itu plus Rp 50.000?”
Esa       : “Ya udah, deal ya?”
Yovi     : “Oke. Kapan bisa ketemuan?”
Esa       : “Minggu jam 08.00 WIB di alun – alun ya?”
Yovi     : “Jangan, aku masih di Gereja. Jam 10.00 WIB di Kedai Santai ya? Dekat SMP 1.”
Esa       : “Ok. Tapi nanti aku traktir makan ya?”
Yovi     : “Siap, datang aja besok Minggu ya, aku tunggu. Selamat siang.”
Esa       : “Ya, selamat siang.”

            Percakapan selesai, akhirnya Esa dan Yovi menentukan kesepakatan bersama.






PERGI KE KANTIN
(Ilham R_08 Ridho_16)

                Suatu hari, saat sedang istirahat Ilham mengajak Ridho ke kantin. Saat itu Ridho sedang asyik menonton film di laptopnya.
Ilham     : “Dho, ke kantin yuk!”
Ridho    :” Nanti dulu. Tunggus sampai filmnya iklan.”
Ilham     : “Lah terlalu lama. Lagian mana ada film di laptop yang ada iklannya.”
Ridho    : ”Ya sana sendiri kalau ingin cepetan.”
Ilham     : “Lah, cepetan, lah.”
Ridho    : “Ya sudah dengan yang lain saja!”
Ilham     : “Aku hanya ingin dengan dirimu.”
Ridho    : “Ih kamu so sweet deh.”
Ilham     : “Iya dong. Apa sih yang tidak buat kamu.”
Ridho    : “Tapi traktir Cappucino ya.”
Ilham     : “Oke deh. Tapi ayo cepat.”
Ridho    : “Dengan sate juga ya!”
Ilham     : “Lah, terlalu banyak. Nanti uangku habis.”
Ridho    : “Ya sudah tapi laptopnya kubawa sekalian ya.”
Ilham     : “Astaghfirullah (megang dahi Ridho dengan punggung  tangannya). Pantesan sedang  panas.
                    (lalu tertawa)”
Ridho    : “Jadi atau tidak?”
Ilham     : “Iya-iya ayo. Kalau di traktir kamu pasti semangat.”
Ridho    : “Hehehe. Kan ada uang kau kusayang, tidak ada uang kau kutendang.”
Ilham     : “Ya sudah ayo cepetan!”
                Lalu mereka tertawa terbahak-bahak karena percakapan mereka dan mereka pun bergegas pergi ke kantin.

*Warning            : cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, suasana,
dan cerita, mohon dimaafkan. J

               


Membuat Laporan Praktikum Fisika
Oleh: Dewi Yasin dan Siti Ma’shumah

Setelah praktikum fisika, terdapat kelompok yang sedang mendiskusikan siapa yang akan membuat laporan praktikum tersebut.
Momo         : “Siapa yang akan membuat laporan praktikum fisika gerak melingkar ini? Kamu
                     bisa tidak?”
Opi             : “Bagaimana kalau kamu saja? Masalahnya, akhir-akhir ini aku mengerjakan banyak
                     laporan.”
Momo         : “Ya, aku juga banyak kerjaan di rumah.”
Opi             : “Memangnya sebanyak apa sih?”
Momo         : “Ya, contohnya mengepel, menyapu, mengerjakan PR, menyetrika, mencuci baju,
                     dan masih banyak yang lainnya. Kamu kan anak laki-laki, jadi pekerjaanmu pasti
                     lebih ringan.”
Opi             : “Ya sih. Tapi aku juga punya kegiatan harian penting.”
Momo         : “Contohnya?”
Opi             : “Main game, nonton film, baca komik, update status.”
Momo         : “Ye, kalau itu bukan kegiatan penting namanya.”
Opi             : “Tapi itu bagian dari hidupku tahu.”
Momo         : “Ya sudah. Daripada ribut, apa maumu?”
Opi             : “Aku tidak mau buat laporannya. Malas. Terserah mau disuruh apa yang penting
                     bukan buat laporan! Fix!”
Momo         : “Ya! Oke, kalau begitu aku yang membuat laporan dan bagianmu adalah
                     mencetaknya. Memakai uangmu sendiri. Bagaimana? Sip?”
Opi             : “Sip lah!”
Akhirnya, perdebatan berakhir damai dengan keputusan Momo sebagai pembuat laporan dan Opi sebagai pencetak laporan.




NEGOSIASI TAK BERTOPIK
RESTI WAHYUNI               15/X SCI
WAHYU DWI YULIANI     20/X SCI

Ketika sedang istirahat, dua insane manusia sedang mengobrol di depan kelas SCI. entah apa yang mereka obrolkan yang jelas tidak ada satupun topic pembicaraan yang jelas akan tetapi ada satu topic pembicaraan yang sangat menarik. Drama tragis pertandingan semalam membuat topic yang satu ini menjadi sangat menarik.

Resti            :  “ Wahyu, ayo ke kopsis”

Seorang wahyu yang telah mengetahui kemana topic pembicaraan mereka langsung buang muka.

Wahyu        :  “Iyalah iya yang tadi malam habis menang”
Resti            :  “ Lho kok?
Wahyu        : “Mau ke depan perpus kan ? Mau membaca koran kan?”
Resti            :  “Kok tahu? mungkin korannya sudah diganti terus kan nanti MU jadi headline yang paling
                         besar kolomnya. Mungkin sih!”
Wahyu        : “Tidak ah malas”

Karena resti yang terlalu bersemangat akhirnya resti memaksa Wahyu dengan menarik-narik tangannya menuju depan perpus

Resti            :  “Kok bisa ya MU kalah perasaan dulu sering menang  deh
Wahyu        : “Kalau menurutku sih, faktor pelatih juga berpengaruh. Mungkin davit Moyes kan baru jadi
                         belum sepiawai om  Ferguson. Terus juga mainnya kan tidak di Old Trafford kan juga
                         berpengaruh”
Resti            : “Kalau MU punya Old Trafford, RM juga punya Santiago Bernabeu loh”
Wahyu        :  “ Lebih bagus Old Trafford sih menurutku”
Resti            :  “Ya Bernabeu lah ya”
Wahyu        :  “Pernah tidak terpikirkan liburan ke Old Trafford?”
Resti            :  “Mending ke Bernabeu?”
Wahyu        :  “Ya mending ke Old Trafford saja, nanti sekalian ke London, terus ke Big Ben, terus siapa
                          tahu ketemu Om Fergie, atau ketemu Januzaj”
Resti            :  “Sudahlah ke Bernabeu saja.Nanti kan kita bisa bertemu sama Ronaldo terus kali saja papas
                         an di depan stadion sama Morata”
Wahyu        : “Oke bagimana kalo begini saja…besok kalau kita sudah besar ke old Trafford dulu habis itu
                         ke Bernabeu..kan satu daratan tuh.”
Resti            :  “ Mending ke Bernabeu dulu, baru sehabis itu kita ke Old Trafford
Wahyu        : “Iya boleh sih asal ketika di Bernabeu mintain tanda tangannya Morata”.
Resti            : “cieketahuan ngefans juga kan sama morata….nanti bersalaman sama Om Fergie juga ya
                         Ketika di old Trafford”.
Wahyu        : “sip! Oke”



RESTI WAHYUNI               15/X SCI
WAHYU DWI YULIANI     20/X SCI



TOKO BUKU
( Sabila_17 Wisik_21 )


Hari Minggu pagi, Bila dan Candra mempunyai janji pergi ke toko buku bersama. Sesampainya disana, ternyata mereka hanya membawa uang Rp. 100.000. Padahal mereka berdua ingin membeli buku kesukaan mereka masing-masing.

Candra : “Bagaimana ini? Aku sangat ingin membeli The Chronicles of Audy karya Orizuka. Aku
    sudah memimpikannya sejak dulu, ini edisi terbatas.” (Sambil menunjukan bukunya)
Bila         : “Tapi, aku juga sangat ingin membeli buku Paris karya Kak Prisca. Aku sudah punya empat
    yang lain, jika aku punya ini, lengkaplah sudah.”
Candra : “Memang berapa sih harga novel itu?”
Bila         : “Harganya Rp. 55.000. Punyamu?”
Candra : “Sama, harganya Rp. 55.000 juga. Jadi gimana?
Bila         : “Entahlah, aku sangat ingin itu.” (Sambil cemberut)
Candra : (Menopang dagu) “Menurutmu, di toko ini boleh hutang tidak, ya?”
Bila         : “Hahaha, ini adalah toko buku terkenal, mana mungkin boleh hutang.”
Candra : (Menghela napas) “Hem.. apa tidak ada diskon untuk novel kita?”
Bila         : “Tidak, ini bukan awal tahun atau awal bulan.”
Candra : (Berfikir sejenak) “Aha! Aku ingat, novel Paris itu, bukankah bulan depan ada diskon? Aku
  baca di Fansbase penerbitnya, katanya bulan depan ada event besar-besaran, selama event
itu mereka mengadakan diskon besar-besaran. Bagaimana jika kamu membelinya Minggu
depan? Aku janji akan menemanimu.”
Bila         : “Sungguh? Diskonnya di seluruh toko? Ini kan kota kecil.”
Candra : “Sungguh. Sekalipun kota kecil, toko ini kan sudah punya banyak cabang dan terkenal di     
                 Indonesia.”
Bila         : “Ya sudah, aku setuju. Tapi, kamu harus janji menemaniku.”
Candra : “Iya, aku janji!”
Bila         : “Ya sudah, ayo kita bayar novelmu.”
Candra  : “Ayo!”

                Akhirnya, mereka memutuskan untuk membeli novel The Chronicles of Audy milik Candra. Dan menunggu saat minggu depan untuk membeli novel Paris kesukaan Bila.


THE END



Kemana?
Hamzah (07), Indriana (09), Shifa (18)

Pada jaman dahulu, di sebuah desa terpencil tinggalah 3 insan yang terlahir untuk bersama. Mereka adalah Muhidin, Maemunah, dan Makenok. Di tepi jurang yang dalam, mereka bertiga mendiskusikan rencana mereka untuk berlibur ke kota saat liburan sekolah, meskipun mereka tidak sekolah.

Muhidin         :   “Dingin.” (menggosokkan kedua telapak tangan)
Makenok       :   “Tidak dingin tahu.”
Maemunah    :   “Iya dingin. Kalau tidak percaya, pegang saja tanganku.” (sambil
                        menyodorkan tangannya)
Makenok       :   “Oh iya. Dingin.”
         
          Tiba-tiba Muhidin mengalihkan topik pembicaraan.

Muhidin          : “Liburan ke kota yuk! Bosan bermain di jurang terus. Cuacanya
                        berubah-ubah.
Maemunah      : “Iya yuk. Tapi kemana?”
Makenok        : “Kemana?
Muhidin          : ”Ya ke kota.”
Makenok        : “Mau ngapain?”
Muhidin          : “Kita mencari jurang di kota.”
Maemunah      : “Di kota tidak ada jurang din.” ( muka datar )
Muhidin          : “Ada tahu.” ( keras kepala )
Makenok        : “Kata bu guru di kota tidak ada jurang.”
Maemunah      : “Kamu kan tidak sekolah nok.”
Makenok        : “Hehe, tapi di kota tidak ada jurang.”
Muhidin          : “Ya sudah, tidak ada jurang di kota.” (mengalah)
Makenok        : “Jadi di kota kita akan liburan ke mana?”
Maemunah      : “Kita ke Bandung saja, di sana ada Candi Prambanan yang
                        menakjubkan.”
Muhidin          : “Setuju, kita ke Candi Prambanan.”
Makenok        : “Bukankah Candi Prambanan berada di Jawa Tengah? Sedangkan
                        Bandung ada di Jawa Barat?”
Maemunah      : “Tidak! Candi Prambanan berada di Magelang, aku pernah membacanya
                        dibuku.”
Makenok        : “Magelang itu terletak di Jawa Tengah nah!”
Muhidin          : “Iya, kita liburan ke Candi Prambanan di Magelang saja, di sana kita bias
                        belajar sejarah walaupun kita tidak bersekolah.”
Makenok        : “Kenapa kita tidak menonton bioskop di Jogja?”
Muhidin          : “Aku juga ingin menonton iklan di bioskop, di rumahku tidak ada
                        televisi.”
Makenok        : “Jadi kita akan liburan ke Magelang atau Jogja?”
Maemunah      : “Menurutku, sebaiknya kita pergi ke Candi Prambanan saja, itu lebih
                        bermanfaat daripada menonton iklan di bioskop.”
Makenok        : “Tapi kita juga belum pernah melihat iklan di bioskop, kita juga tidak
                        pernah pergi ke Jogja.”
Muhidin          : “Tapi nok, aku lebih hafal daerah Magelang daripada daerah Jogja.”
Maemunah      : “Di Magelang juga ada rumah pamanku yang sudah dijual.”
Makenok        : “Di bioskop ada AC yang dingin.”
Maemunah      : “Di jurang lebih dingin.” ( nada tinggi )
Muhidin          : “Aku setuju dengan Maemunah. Di Candi Prambanan kita memperoleh
                        banyak pengetahuan dan lokasinya berdekatan dengan rumah paman
                        Maemunah yang telah dijual sedangkan jika kita pergi ke bioskop dan
                        hanya untuk menonton iklan itu tidak bermanfaat sama sekali.”
Makenok        : “Aku setuju dengan kalian. Jadi besok pagi kita berlibur ke Candi
                        Prambanan ya?”
Maemunah      : “Siap!” ( nada senang )
Muhidin          : “Di sana ada jurang?”

Maemunah dan Makenok pergi tanpa menghiraukan pertanyaan Muhidin.




JADI, TEMANYA APA?
Oleh : Nail Hikam F. dan Nafi Aula N.

                Matahari baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur. Di sebuah sekolah elite nan megah, murid-murid sudah mulai sibuk dalam dunia dan tugasnya masing-masing. Di salah satu kelas di sekolah itu, terdapat seorang murid bernama Nail yang baru masuk kelas. Baru saja melangkah masuk, bel tkamu masuk pun berbunyi.
Nail        : “Selamat pagi, Naf.”
Nafi        : “Selamat pagi.”
Nail        : “Apa kamu sudah merencanakan tentang tugas itu?” (Sambil duduk di sampingnya.)
Nafi        : “Memangnya tugas apa?”
Nail        : “Tentu saja tugas Bahasa Indonesia.”
Nafi        : “Oh. Apakah tentang membuat teks negosiasi?”
Nail        : “Ya.”
Nafi        : “Oh, sudah. “
Nail        : “Jadi, sebaiknya temanya apa?”
Nafi        : “Aku sudah memikirkannya tadi malam. Aku rasa tema yang bagus adalah kenaikan gaji.”
Nail        : “Bagaimana alur ceritanya?”
Nafi        : “Intinya, terdapat seorang karyawan yang meminta kenaikan gaji pada bosnya.”
Nail        : “Ah, menurut aku itu terlalu klasik.”
Nafi        : “Lalu bagaimana? Aku tidak memiliki inspirasi yang lain.”
Nail        : “Hmm, bagaimana dengan tema perdagangan?”
Nafi        : “Menurut aku itu juga biasa. Aku tadi melihat kelompok lain sudah ada yang menggunakan
                  tema itu.”
Nail        : “Wah, jadi apa?”
Nafi        : “Ahh, bagaimana jika kita mengambil tema tilangan?”
Nail        : “Tidak bisa. Aku tadi juga melihat kelompok lain sudah memakai tema itu.”
Nafi        : “Bagaimana jika kita sedikit mengambil tema anak remaja?”
Nail        : “Oh, ya, jadi alur ceritanya bagaimana?”
Nafi        : “Kita mengambil tema, misalnya meminta traktiran, mengkopi file, atau mengerjakan tugas.”
Nail        : “Hmm, usul yang bagus.”
Nafi        : “Jadi, pilih salah satu di antaranya.”
Nail        : “Ah, aku pikir itu terlalu sederhana.”
Nafi        : “Astaghfirullah, mengapa Kamu selalu menolak usul aku?”
Naıl        : Aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa kurang cocok dengan usul Kamu.
Nafi        : Baiklah, aku menyerah saja.
Nail        : Ah, aku tahu.
Nafi        : Apa?
Nail        : Karena kita sama-sama bingung tema apa yang cocok, bagaimana jika kita membuat tema
                 tentang menentukan tema.
Nafi        : Baiklah, aku setuju saja, Bagaimana alur ceritanya?
Nail        : Kita membuat seperti apa yang kita perdebatkan sekarang.
Nafi        : Baiklah.
Nail        : Oke. Kita sepakat.
                Baru saja mereka selesai dengan negosiasi mereka, Pak Rokhiman, guru Matematika, masuk kelas. Mereka pun mengeluarkan buku mereka. Tiba-tiba si Nail tercengang, dia belum mengerjakan PR!



Smartphone Baru
( Aziz_02 Azmi_03 )

Suatu siang, Azmi pergi ke konter untuk mencari Smartphone.

Aziz            :    Selamat datang, silahkan duduk.
Azmi          :    Terima kasih.
Aziz            :    Ada yang bisa saya bantu?
Azmi          :    Saya ingin beli Smartphone.
Aziz            :    Ingin Smartphone merek apa?
Azmi          :    Yang bagus itu merek apa ?
Aziz            :    Begini, kalau masalah bagus tidaknya itu relatif. Semua merek ada kelebihan dan juga ada kekurangannya.
Azmi          :    Oh, begitu.
Aziz            :    Tetapi sekarang yang paling laris itu Samsung Galaxy Note 3.
Azmi          :    Saya boleh lihat yang Samsung Galaxy Note 3?
Aziz            :    Iya, sebentar saya ambilkan dahulu.
Azmi          :    Iya.
Aziz            :    Ini, silahkan di coba dahulu.
Azmi          :    Fasilitasnya apa saja ?
Azmi          :    Ada wifi, bluetooth, RAM 2 GB, Memori Internal 16 Gb, LCD 5”  dan masih banyak lagi.
Azmi          :    Warnanya ini hanya hitam saja?
Aziz            :    Kalau ini ada warna gold, putih, silver, sama hitam ini.
Azmi          :    Saya mau lihat yang silver, soalnya saya suka warna silver.
Aziz            :    Maaf, yang warna silver lagi habis stoknya, mungkin besok datangnya.
Azmi          :    Kalau sekarang adanya warna apa saja ?
Aziz            :    Kita punya warna gold sama hitam.
Azmi          :    Saya lihat yang gold dulu.
Aziz            :    Iya, saya ambilkan dulu.
Azmi          :    Iya.
Aziz            :    Ini, silahkan.
Azmi          :    Hitam sama gold bagus mana?
Aziz            :    Tergantung selera, kalau hitam itu sudah biasa, tapi kalau gold itu jarang orang punya.
Azmi          :    Saya pilih hitam saja.
Aziz            :    Oh iya.
Azmi          :    Harganya berapa?
Aziz            :    Kalau yang ini harganya Rp 7.000.000,00.
Azmi          :    Tidak ada diskon ?
Aziz            :    Kebetulan kita lagi ada promo untuk merek Samsung Galaxy Note 3 ada spesial diskon, jadi harganya tinggal Rp 6.600.000,00.
Azmi          :    Tidak bisa turun lagi ?
Aziz            :    Tidak bisa. Ini bisa di kredit  mas, angsuran 8 X dalam  5 bulan.
Azmi          :    Rp 6.400.000,00 gimana ?, cash.
Aziz            :    Di tambahin lagi!
Azmi          :    Saya tambahin Rp 100.000,00 gimana ?
Aziz            :    Tetap tidak bisa, begini saja saya kasih  Rp 6.500.000,00, itu sudah turun banyak lho.
Azmi          :    Gak bisa ditambahin lagi diskonnya ?
Aziz            :    Gak bisa, nanti kalau ditambahin terus bos saya marah, ini bukan punya saya kalau punya saya, saya kasih segitu.
Azmi          :    Ya sudah saya setuju Rp 6.500.000,00.
Aziz            :    Saya buatkan notanya dulu.
Azmi          :    Iya.
Aziz            :    Ini notanya, silahkan tanda tangan disini. Ini juga ada garansinya 1 tahun, jadi kalau ada masalah dengan Smartphonenya, bawa saja kesini.
Azmi          :    Oh iya, ini uangnya.
Aziz            :    Terima kasih.
Azmi          :    Sama-sama.

Azmi pun pulang membawa Smartphone miliknya yang baru


Gara – Gara Game
( Nehe_13 Yoga_22 )


NTC        : “Gan, HPmu nganggur gak?”
YMP       : “Nganggur, sih, kenapa?”
NTC        : “Aku pinjem buat main game, ya?”
YMP       : “Jangan, aku lagi nunggu sms masuk.”
NTC        : “Asyik, dari pacarmu ya?”
YMP       : “Bukan lah, aku belum punya pacar. Aku lagi nunggu Bapakku bales smsku.”
NTC        : “Bapakmu suruh cepet ya!”
YMP       : “Yaayaa” (sembari menunduk, sambil bermain HP)
NTC        : “Oalah, kamu lagi main juga toh.
YMP       : “Hehee” (ketawa ringan sambil bermain terus)
NTC        : “Yaudah, 2000 ya.” ( sambil menyodorkan uang ke muka yoga )
YMP       : “Astaghfirulloooh, ckckck cuma 2000?”
NTC        : “Yaudah, 2500 mau ya?”
YMP       : “5000 lahh, gimana?”
NTC        : “Yaudah 3000.”
YMP       : “4000 ribu lepas Gan.”
NTC        : “3500 udah pol, cuma sejam.”
YMP       : “Yaudah.” (sambil menerima uang dari NTC )
NTC        : “Nah, kaya gitu dari tadi ya.”

(sejam kemudian)

NTC        : “Nih HPmu.”
YMP       : ”Sip.” (YMP bermain HP lagi, dan melihat NTC yang masih berdiri di hadapannya)
YMP       : “Kamu ngapain disitu?”
NTC        : “Uangku mana?”
YMP       : “Kok kamu tanya uangmu? Buat apa?”
NTC        : “Sini, kan tadi kamu tek pinjemin uang.”
YMP       : “Lho, kok diambil lagi.”
NTC        : “Biar impas, kan HPmu tek kembaliin, jadi kamu harus mengembalikan uangku.”
YMP       : “Oh ya, itu diatas meja.”

(NTC pun melihat uang yang ada diatas meja, lalu ia mengambil uang tersebut)



NEGOSIASI UANG DAMAI
(Ray_11 Pratama_14 )

                      Semua ini berawal ketika seorang anak muda kelas 1 SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM sedang mengendarai motor dengan Pdnya. Saat di di pertigaan ternyata ada cegatan polisi dan anak itu bukannya berhenti tapi malah lari, dan terjadi aksi kejar – kejaran.
Polisi              : “Pengendara motor N 7474 L tolong menepi!”
Tersangka   : “Emoh lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Tanpa basi – basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya
Polisi              : “Selamat sore, dek.”
Tersangka   : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya pak?”
Polisi              : “Lho kok kamu malah tanya? Anda tadi kebut – kebutan dan nantangin saya balapan.”
Tersangka   : “Lalu bapak mau apa?”
Polisi              : “Saya mau nilang adek.”
Tersangka   : “Jujur sekali bapak ini.”
Polisi              : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Tersangka   : “Saya belum punya pak.”
Polisi              : “STNKnya ada dimana?”
Tersangka   : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Polisi              : “Ibunya siapa?”
Tersangka   : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?
Polisi              : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Tersangka   : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Polisi              : “Tapi anda sudah banyak melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor                                                         tidak lengkap ,mlebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
Tersangka   : “Ya maaf pak.”
 Polisi             : “Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di Kantor saja?”
Tersangka   : “Dikantor saja.”
Polisi              : “Tapi motor saya bawa”
Tersangka   : “Jangan Pak!”
Polisi              : “Kenapa bisa begitu? ”
Tersangka   : “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Polisi              : “Itu urusan anda, lagian bayar di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Tersangka   : “apa iya Pak? Ngibul loe Pak!
Polisi              : “Berani Kamu, dah saya bawa saja motor anda.”
Tersangka   : “hmm.. oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Polisi              : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Tersangka   : “Itu mah, maruk namanya pak
Polisi              : “Terus mau berapa? Kalau itu hanya  kisaran umum.”
Tersangka   : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Polisi              : “Boleh, berani berapa?”
Tersangka   : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Polisi              : “Belum bisa dek, kalau begitu saya bawa mtornya.”
Tersangka   : “Jangan dong pak! Ok saya tambahkan Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Polisi              : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Tersangka   : “Lho, jangan begitu dong pak. Itu uang terakhir saya bulan ini.”
Polisi              : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Tersangka   : “Jangan dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya  lagi di Kota Magelang”
Polisi              : “Ya besok saja diambil”
Tersangka   : “Ya jika bapak mau, adanya cuma  segitu, kalau enggakbapak harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”
Polisi              : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000 saja”
Tersangka   : “Ya terima kasih ya pak”





7 comments:

Anonymous said...

WKWKWKWK

siswaberpikir.blogspot.com said...

Hmm, lagi-lagi anonim :|

Honor of Kings & Arena of Valor Patch Note said...

hahahah... sabar bu... :D

Ruangkatakita said...

tulisannya bagus bagus. kalau boleh tau, ini gurunya ngajar pk metode apa ya?

Anonymous said...

makasih infonya...

Anonymous said...

Keren brooo, lumayan buat tugas bu ngapon hehe

Hyakiv said...

Wah bagus-bagus karyanya, kreatif juga. Lucu apalagi dialog Ridho sama Ilham Hahaha :D